Tampilkan postingan dengan label BERITA UTA OPINI/PIKIRAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BERITA UTA OPINI/PIKIRAN. Tampilkan semua postingan
14 Juni 2019
16 Januari 2019
Mencari Sosok Ketua PWI Sumsel Zaman Now
Calon Kuat Ketua PWI Provinsi Sumsel Hadi Prayogo. _(ist-"ap-news") |
NUANSA persaingan yang hiruk
pikuk mulai terasa ditubuh organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Sumatera Selatan. Layaknya ajang pemilihan kepala daerah (Pilkada) saja,
suasana persaingan kian panas menjelang hari pemungutan suara pada 26 Januari
2019 mendatang.
Suhu panas, kian terasa manakala ada diantara calon
yang sudah melakukan ‘penyerangan’ dengan cara-cara yang kurang elegan dan
tidak sportif terhadap calon lain. Namun apa pula yang sibuk mencari masa
dengan cara merebut simpati para anggota melalui pemulihan kembali kartu-kartu identitas ke PWI-an yang sudah kadaluarsa. Ada pula calon yang menawarkan visi misi
dengan segenap janji-janji. Tidak muluk memang, amat manusiawi dan menumbuhkan
empati.
Begitulah dinamika yang
terjadi saat ini. Hujatan, merebut
simpati dan menawarkan visi misi mungkin hal yang biasa saja dalam sebuah
kompetisi. Terlebih PWI merupakan wadah wartawan yang cukup bergengsi untuk
diduduki.
Terlepas dari hiruk pikuk
yang ada yang lebih penting lagi menurut saya, pemimpin PWI Sumsel ke depan haruslah orang
yang mampu mengembalikan marwah organisasi ini kepada posisi yang
sejatinya lembaga ini adalah sebuah
wadah besar yang telah turut memberi andil dalam membangun pemerintah khususnya
dalam menciptakan suasana harmonis. Kita seluruh insan pers didaerah ini harus
selalu ingat bahwa, pers (kita) adalah salah satu dari kekuatan pembangunan.
Citra kita sebagai insan pers yang memiliki andil dalam kekuatan pembangunan
itu harus tetap dipertahankan dengan cara-cara yang terhormat. Ibarat kata
pepatah, kita dan pamerintah atau nara sumber : Duduk sama rata dan berdiri
sama tinggi.
PWI Sumatera Selatan memiliki
persoalan yang amat kompleks namun jika pengurus ke depan dapat bersinergi dan
kompak, saya rasa tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Contohnya, keberadaan kantor sekretariat yang hingga
kini belum dapat direalisasi. Hal yang bagi saya sangat mendasar ini semestinya
sudah dapat diperjuangkan keberadaanya. Apalagi jika harus menghitung waktu,
sudah berapa usia PWI Sumsel itu kini. Begitu banyak insan pers yang bernaung
dibawahnya yang memiliki pengaruh dan disegani baik pada masa lalu dan kini.
Tapi sudahlah yang lalu biarlah berlalu.
Di depan mata tugas ketua
PWI Sumsel ke depan semakin berat ditengah tantangan pesatnya kemajuan teknologi dibidang informasi dan
digitalisasi yang terjadi pada semua lini. Ketua ke depan, haruslah orang yang mampu
menciptakan ruang yang didalamnya berkumpul insan pers dari berbagai kekuatan.
Bersatu agar PWI Sumsel maju dan tidak dipandang sebelah mata. Tidak ada lagi
suara-suara nyinyir dan sinis yang mengecilkan organisasi kita ini.
Keanggotaan salah satu
organisasi profesi ini, jika dihitung jumlah anggota sudah mencapai lebih dari 500
awak media. Untuk memimpin kekuatan yang
tidak sedikit ini, ketua ke depan PWI Sumsel diharapkan mampu menjadi
organisasi yang kian solid. Ketuanya harus menjadikan sekretariat sebagai tempat
yang ‘dikangenin’ untuk dikunjungi. Tempat yang leluasa untuk berdiskusi. Wadah
yang menjembatani dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang tengah terjadi di daerah ini sehingga dapat memberikan
solusi kongkrit. Baik untuk kepentingan daerah, pemerintah daerah maupun organisasi. Ada kekuatan yang mampu
dibangun pemimpin PWI Sumsel ke depan yang memperjuangankan kesejahteraan
anggotanya, dengan membangun atau bekerjasama dengan pihak ke tiga dengan
cara-cara terhormat, elegan dan bermartabat.
Tidak sulit saya kira,
asalkan saja ketua PWI Sumsel ke depan adalah seseorang yang dengan ‘ego
kebersamaan’ dan jauh dari kepentingan pribadi, apalagi numpang hidup diorganisasi
namun sebaliknya menghidupkan organisasi dengan pola-pola membangun bersama
dengan segenap potensi yang ada.
Ada tempat bertanya, ada
tempat bertukar fikiran. Para senior kita seperti Prof Mustafa Abdullah, Asdit
Abdullah, Kurnati Abdullah, dan tokoh pers Sumsel lainnya adalah mereka yang
memiliki peran strategis pada masa lalu
dalam mempimpin organisasi ini.
Zaman memang telah berubah.
Pemimpin boleh saja silih berganti, namun PWI Sumsel ke depan diharapkan
dipimpin oleh tokoh yang memiliki ‘sense of belonging’ yang tinggi dan tidak bergerak
sendiri atau menciptakan kelompok demi kelompok sehingga organisasi menjadi
tidak sehat dan didatangi disaat perlu saja. Banyaknya kartu-kartu yang ‘mati’
adalah parameter bagi kita semua, tempat bertanya kita semua, ‘kok’ sampai
begitu banyaknya anggota PWI Sumsel yang kartunya tidak aktif. Ada apa dan
ketika akan ada Konfercab baru ramai-ramai mengurusnya atau menjaring anggota
baru untuk kepentingan perolahan suara. Sejatinya seperti itukah PWI? Mari kita
sama-sama merenung dan menjawab sendiri-sendiri dihati dengan argumentasi
suka-suka kita sajalah.
Mimpi saya ke depan, PWI
Sumsel sebagai wadah saya berorganisasi (kendati kartu saja juga mati)
organisasi kita ini dapat menjadi organasi yang menjadi markas atau rumah besar
bagi insan pers daerah ini. Tempat mengundang nara sumber untuk berdialog
menyelesaikan persoalan-persoalan yang tengah terjadi. Bermitra memberikan
edukasi dengan berbagai instansi, mulai masalah pendidikan, ekonomi hingga
sosial sehingga terjalin hubungan yang harmoni antara narasumber dan media.
Menjadi kawah candradimuka bagi para awak media yang masih muda untuk menimba
ilmu dengan cara memberikan pendidikan jurnalistik gratis. UKW gratis dan bila
perlu ngopi juga gratis. Jadi mencipkan kehangatan ini adalah tugas pemimpin
PWI Sumsel ke depan. Tidak membeda-bedakan mana media kecil atau besar, mana
nasional dan daerah, mana televisi dan online. Semuanya punya kedudukan sama.
Berdiri sama tinggi duduk sama rendah.
Konfercab PWI Sumsel sudah
didepan mata. Saya berharap semua calon ketua yang akan berrkompetisi tetap
memelihari kerukunan, kekompakan dan keamanan jalannya kegiatan yang berlangsung
empat tahun sekali ini. Kita adalah satu, dan satu itu adalah PWI. Di luar sana
banyak organisasi-organisasi pers yang telah diakui keberadaannya dan semoga
Konfercab ini akan menjadi contoh bagi mereka bahwa untuk memilih ketua baru
itu dilakukan semua anggota PWI Sumsel yang berhak memilik dengan etika tinggi.
Semoga dari kegiatan
Konfercab PWI Sumsel kali ini akan datang sosok pemimpin baru. Pemimpin zaman
now yang mampu berkolaborasi dengan membuat strategi yang menimbulkan simpati
dan tidak anti dengan kritik serta masukan dari anggotanya. Pemimpin yang
mengayomi, berwibawa dan rendah hati, karena PWI Sumsel itu rumah kita,
organisasi kita dan pemimpinnyapun pemimpin kita bersama. (Ida Syahrul).
16 Februari 2018
Jadi Plt Bupati, Rifai Siap Sukseskan Pilkada Damai
WAKIL Bupati OKI, H. M. Rifai, SE resmi menjabat sebagai Pelaksana
Tugas (Plt) Bupati Ogan Komering Ilir menggantikan H. Iskandar, SE yang cuti
kampanye untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten OKI
terhitung mulai 15 Februari sampai 23 Juni 2018 mendatang.
Ada dua tugas utama yang yang diamanahkan kepada H. M. Rifai, SE
selama menjabat, yakni menjaga stabilitas politik dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten OKI. "Benar, berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur saya ditunjuk langsung sebagai Plt. Bupati OKI dan sudah
diserahkan SK nya. Tugas saya jelas menyukseskan pilkada serentak dan
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan," ungkap H. M. Rifai, SE di usai
menerim SK Plt Bupati dari Gubernur Sumsel di Palembang, (14-2), kemarin. Dijelaskan Rifai, selama
menjabat Plt Bupati OKI lebih kurang empat bulan, dirinya hanya menjalankan
tugas-tugas Bupati yang ditinggalkan H. Iskandar, SE selama dirinya cuti. Selama
menjabat Plt Bupati OKI lanjut Rifa’I tugasnya melaksanakan program-program
yang sudah berjalan agar lebih maksimal. "Yang jelas, sukses kan
Pilkada 2018 dan jalankan program-program yang sudah ada dengan baik,"
ujarnya. Dengan ditunjuk saya sebagai Plt Bupati OKI, H. M. Rifai, SE juga
menghimbau kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menjaga Netralitas.
"Diharapkan kepada seluruh ASN di lingkungan Pemkab OKI agar dapat menjaga
netralitas saat Pilkada OKI 2018 berlangsung, jangan ada nanti ASN dipanggil
oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang hanya berpihak kepada calon-calon
tertentu dan ini dapat merugikan diri sendiri," imbau Rifa’i.. (humas/adv/”ap-news”).
28 Januari 2018
Atasi Macet Indralaya, Harapkan Bupati OI Bangun Fly Over
foto kemacetan (ist/ap)/ |
MACET di kawasan Indralaya Kecamatan
Indralaya, Kabupaten OKI doeloe sekarang Pasar Indralaya, Kecamatan Indralaya,
Kabupaten Ogan Ilir (OI). Ketika itu periode Bupati OKI, HF Rozi Dachlan SH, Kepala Dinas PU, Ir H
Nuchrodi Akhmad, macet hanya dirasakan dua kali seminggu yaitu ketika berlangsungnya pasar kalangan hari selasa dan
hari kamis, ini sudah membuat gerah Pemkab OKI saat itu yang dipimpin Bupati
OKI HF Rozi Dachlan SH.
Saat itu sudah diwacanakan
bakal dibuat jembatan layang alias fly
over dari Puskesmas Indralaya hingga seputar jembatan Sakatiga. Diperkirakan kalau saat itu fly over alias jembatan layang sudah terbangun kemacetan setiap hari seperti sekarang ini mungkin
telah teratasi. Namun, tidak diketahui secara
pasti mengapa wacana pembangunan fly
over tersebut batal di bangun yang akhirnya
hanya pasar Indralaya dibangun seperti kondisi sekarang
ini.
Untuk mengurai macet
mungkin Pemerintahan Bupati Ogan ilir, H Ilyas Panji Alam, mencari solusi bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi
atau Pemerintah Pusat untuk membangun fly over guna mengatasi
atau paling tidak, bisa mengurai macet yang setiap hari terjadi
dikawasan pasar Inderalaya. Sepertinya
kalau tidak dibuat fly over atau
mengalihkan jalur lain, kemacetan
dikawasan pasar Indralaya
agak sulit diatasi…semoga cerita lama ini bisa terwujud pada musim Pemerintahan
Bupati Ogan Ilir, H Ilyas Panji Alam…Dirgahayu kabupaten ogan ilir ke-14 semoga dibawah kepemimpinan Bupati, H
Ilyar Panji Alam, Kabupaten Bumi Caram Seguguk OI akan lebih maju dan berkembang hingga
gilang gemilang…Aamiin. (kir;hmsabar).
20 Oktober 2017
Tartila Ishak TMekki, Jalin Ukhuwa Melalui Pengajian
PENGAJIAN. Ketua BKOW Sumsel, Hj. Tartila Ishak Mekki ketika memberi sambutan di pengajian rutin yang digelar Majelis Telaga 9, Kamis (19/10).
PALEMBANG – Ketua Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Sumsel, Hj. Tartila Ishak Mekki mengajak kaum ibu terkhusus yang terlibat di berbagai kelompok pengajian di wilayahnya masing-masing untuk terus meningkatkan silaturahmi antarsesama dan ukhuwa islamiah. Salah satu sarana dalam rangka menjalin silaturahmi dan ukhuwa tersebut adalah dengan gelar pengajian sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok pengajian ‘Majelis Telaga 9’.
Menurut Hj. Tartila, dengan pengajian-pengajian rutin yang senantiasa dilaksanakan ini, para jemaah terutama kaum ibu dapat menjalin komunikasi satu sama lain dan saling bertukar informasi terutama dalam kaitan pendalaman di bidang keagamaan. “Saya bangga dan bersyukur atas ramainya ibu-ibu yang hadir di pengajian rutin seperti yang digelar ‘Majelis Telaga 9’ ini,” kata istri, H. Ishak Mekki, Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel ini serius.
Hj Tartila menjelaskan bahwa kelompok pengajian “Majelis Telaga 9” ini dibentuk sejak enam bulan lalu yang diketuai oleh Hj. Ike Muchendi, sedangkan dirinya ditunjuk sebagai pembina dari kelompok tersebut. Majelis ini didirikan dengan tujuan menghidupkan forum-forum pengajian secara rutin serta mendengarkan taysiah-tausiah dari para ustadz, ustadzah dan dai-dai yang diundang.“Dengan bekal pengajian dan tausiah-tausiah yang disajikan oleh para penceramah diharapkan para anggota pengajian maupun kaum ibu yang hadir secara umum dapat menerima bekal dan pengetahuan yang disyiarkan,” tambahnya.Ibu tiga anak ini menambahkan, sudah beberapa dai yang dihadirkan dalam rangka memberi pencerahan dan pengetahuan terhadap jemaah di majelis rutin itu, di antaranya, ustadz Adi Hidayat, Dr. Yahya Waloni. “Untuk pengajian hari ini, Kamis (15/10), kita menghadirkan ustadzah Hj. Rogayah yang akan menyampaikan tausiah dengan tema pendalaman tentang fiqih,” pungkas Hj. Tartila Ishak Mekki sembari menambahkan bahwa pengajian rutin yang digelarnya tak sebatas hanya diikuti oleh anggota melainkan juga terbuka untuk umum.(her-"ap-news")/
25 Juni 2017
Selamat Idul Fitri 1438 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin
Oleh: H.
ISHAK MEKKI. (Wakil Gubernur Sumsel).
“Allahu
akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,
Lailaha
ilallahu wallahu akbar, walillahiihamd...”
SEBAGAI hari
kemenangan bagi umat Islam, hari raya Idul Fitri senantiasa dinantikan. Selain
penuh dengan mosaik ibadah, Idul Fitri bagi masyarakat kita juga disarati
dengan berbagai tradisi yang konon di negeri Arab sendiri (sebagai muasal
kelahiran agama Islam) tak mengenalnya. Dan, saya, baik atas nama pribadi,
keluarga maupun Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel),
selalu
berdoa untuk rakyat Sumsel sekalian, kiranya ibadah puasa yang telah kita
laksanakan selama sebulan ini diterima oleh Allah Swt. Mudah-mudahan kita dapat
bertemu kembali dengan bulan Ramadan tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya
agar kita dapat menjalankan ibadah puasa kembali. Menyambut Idul Fitri, terlihat banyak
kesibukan. Selain disibukkan membeli berbagai kebutuhan
menyambut
hari raya itu dan acara-acara ritual lainnya, fenomena penting yang selalu
terlihat adalah kesibukan umat Islam mengeluarkan zakat dan zakat fitrah.
Tentang
zakat fitrah ini menurut ajaran agama Islam adalah ditujukan untuk membersihkan
kekurangan-kekurangan yang mungkin dilakukan selama menjalankan ibadah puasa.
Namun tujuan lainnya adalah agar umat Islam yang bersukaria merayakan hari
kemenangan pada tanggal 1 Syawal itu tidak melupakan kaum fakir dan miskin. Membayar
zakat dan fitrah maknanya agar umat Islam memiliki rasa setia kawan dan rasa
keadilan terhadap sesama masyarakat sekitarnya. Mengenai zakat fitrah ini
sebaiknya tidak usah kita kupas terlalu jauh. Sebab kita yakin kita semua telah
mengetahuinya karena zakat fitrah ini merupakan salah satu dari rukun Islam.
Demikian pula terhadap zakat-zakat lainnya seperti zakat mal dan zakat harta. Sesungguhnya
setiap harta kaum muslimin tertitip sebagian harta kaum fakir miskin. Kalaulah
belum
sampai
nasabnya maka sebagian ulama masih juga mewajibkan membayar infaq atas harta
itu, sebagai memenuhi rukun Islam membayar zakat. Demikian kiranya sekilas
mengenai zakat. Idul Fitri memang merupakan hari istimewa yang mempunyai nilai
lebih dari hari lainnya. Oleh karenanya, di hari itu pula kita diberi
kesempatan untuk saling memaafkan guna menghapus segala dosa yang pernah kita
lakukan. Bukan untuk bermewah-mewahan sebagaimana tradisi yang sering
dilakukan
masyarakat kita dalam menyambut Idul Fitri tersebut. Tradisi berlebih-lebihan
di hari lebaran terkadang dilakukan oleh masyarakat kita dengan cara yang justru
tidak dianjurkan oleh ajaran agama kita. Banyak di antara masyarakat kita yang
secara ekonomis tidak mampu, tetapi selalu memaksakan diri untuk melaksanakan
tradisi seperti yang disebutkan di atas. Untuk itu pula di kesempatan ini,
kepada kaum muslimin muslimat dalam menyambut Idul Fitri ini
hendaknya
mampu menahan diri dari segala godaan seperti mampunya kita menahan hawa nafsu dan
godaan selama bulan Ramadan.
Akhirnya,
sekali lagi, baik atas nama pribadi, keluarga dan Pemerintah Provinsi Sumsel,
saya mengucapkan “Selamat hari raya Idul Fitri 1438 Hijriah, Mohon Maaf Lahir
dan Batin”. Taqobalallahu minna waminkum.*****
30 April 2017
Berbagi Pengalaman
MULAI Saat Ini “ap-news” dan FB Surat Kabar Agung Post membuka
ruang berbagi pengalaman buat siapapun
yang bernimat..semoga pengalaman kita akan menjadi bahan pengetahuan dan amal
ibadah penulisnya dan bermanfaat bagi pembacanya...Aamiin Yarobbal alamin...
SALAH SATU SUDUT PANDANG KEINDAHAN PESONA TANJUNG SENAI..foto "ap-news".. |
Judul Minggu Ini “ORANG TUAKU”
BERSYUKURLAH masih ada orang tua..karena
sekalipun beliau tidak bisa membantu lagi secara fisik non fisik dan ekonomi
saat kita dewasa dan berumah tangga..Namun, keberadaan ayah bunda bisa menjadi
tempat berkeluh kesah dan merengek ria..Dan setelah itu akan terasa adem
tenterem hati ananda..Wahai sahabat fb yang berbahagia..Seandainya ananda ingin
berbagi pengalaman bagaimana rasanya peran orang tua terhadap ananda dan
bagaimana pula rasanya kalau tidak ada lagi ayah-bunda disamping kita..Silahkan ananda tulis pengalamanmu..Insha’’Allah
akan berguna bagi pembacanya dan menjadi amal ibadah buat ananda..salam mesrah
selalu dari pesona tanjung senai ogan ilir nan indah..Semoga kita semua selalu
dalam kondisi sehat sejahtera ..Aamiin...
16 Maret 2017
Jurnalisme Takwa
=foto ilustrasi hmsb=
PARA jurnalis
Muslim yang bekerja di media-media Islam telah bekerja sesuai kode etik
jurnalis Muslim padaawal 1978, Koran Kompas pernah dibredel oleh pemerintah
Soeharto selama 3 pekan. Setelah itu, harian yang dikomandoi oleh Jakob Oetama
ini tampil lebih lembut. Mereka melunak. Padahal, ketika itu, kebanyakan surat
kabar menganut jurnalisme keras dan sarat dengan kritik terhadap pemerintah. Perubahan
sikap ini kemudian diistilahkan oleh Rosihan Anwar sebagai jurnalisme kepiting.
Artinya, mereka bersikap tak ubahnya seperti kepiting. Ketika ada hambatan di
depan, mereka mundur, atau berjalan menyamping, lalu mencari jalan lain yang
lebih aman. Ya, jalan aman. Jika dulu
ada istilah jurnalisme kepiting, rasanya cocok bila kita menyebut sikap yang
bertolak belakang dengan itu sebagai jurnalisme banteng. Kita tahu, banteng
selalu menyeruduk setiap hambatan yang ada di depannya. Tak peduli seberat apa
pun halangan itu, ia hantam. Harus kita akui, saat ini media dengan gaya
banteng seperti itu ada, bahkan jumlahnya tak sedikit. Mereka mengkritik dengan
sangat kasar, mencampur adukkan fakta dan opini untuk “menghantam” apa yang
mereka tak suka, bahkan tak peduli apakah informasi yang mereka sampaikan
bohong atau bukan.Media Islam seharusnya tak melakukan kedua “budaya” itu.
Media Islam tak akan bersikap seperti kepiting: berhenti atau berbelok mencari
jalan lain manakala menemukan hambatan, atau bersikap seperti banteng:
menyeruduk tanpa etika. Media Islam akan terus berjalan penuh kehati-hatian
manakala ada hambatan yang menghadang di hadapannya. Media Islam harus terus
melangkah sebagaimana nasehat Ubay bin Ka’ab kepada sahabatnya Umar bin
Khaththab.Diceritakan bahwa Umar suatu hari bertanya kepada Ubay tentang takwa.
Lalu Ubay balik bertanya pada Umar, “Bukankah Anda pernah melewati jalan penuh
duri? Apa yang Anda lakukan saat itu?”. Umat tidak menjawabnya dengan berhenti.
Umar justru menjawabnya, “Saya (terus) berjalan (namun) berhati-hati.”Begitulah
seharusnya media Islam: tetap melangkah dengan penuh kehati-hatian. Media Islam
tak boleh berhenti mewarta sebagaimana para dai tak boleh berhenti
berdakwah. Media Islam tak boleh berhenti mengkhabarkan konsep jihad dan
khilafah secara benar kepada masyarakat meski saat ini kedua istilah itu tengah
dihujam fitnah luar biasa akibat ulah sekelompok ekstrim. Media Islam harus
terus menceritakan kondisi para pengungsi Suriah yang begitu memprihatinkan
agar kaum Muslim di seluruh dunia mau menyisihkan hartanya untuk membantu
mereka meski aliran dana ke negeri konflik saat ini tengah mendapat sorotan
tajam. Hanya saja, sekali lagi, media Islam harus berhati-hati melangkah.
Pastikan bahwa para jurnalis Muslim yang bekerja di media-media Islam telah
bekerja sesuai kode etik jurnalis Muslim, sebagaimana banyak dijelaskan dalam
al-Qur’an dan Hadits. Misalnya, para jurnalis Muslim harus bekerja secara
profesional sebagaimana kaidah profesi dalam kejurnalistikan selagi hal
tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam kaidah fiqih
disebutkan, al-muslimuna ‘ala syuruthihim (kaum muslimin itu wajib memenuhi
syarat-syarat yang ada di antara mereka). Itu berarti, jurnalistik sebagai
cabang ilmu yang memiliki aturan (syarat-syarat) yang telah disepakati bersama
harus dipatuhi oleh para jurnalis Muslim sepanjang hal tersebut tidak
menyelisihi al-Qur’an dan as-Sunnah. Selain itu, para jurnalis Muslim pantang
mempublikasikan berita-berita bohong sebagai mana Islam juga mencela perbuatan
tersebut. Para jurnalis Muslim harus mematuhi kaidah tabayyun (klarifikasi) dalam menyusun berita.
Para jurnalis Muslim pantang menerima sogokan dan pantang pula menyajikan
berita yang mengandung unsur fakhisya (menggambarkan kekerasan dan seksual
secara fulgar). Media Islam harus segera mencabut, meralat, dan memperbaiki
berita yang keliru dan tidak akurat, disertai pemberitahuan atau permintaan
maaf kepada pihak-pihak yang mengajukan keberatan atas kesalahan tersebut. Dan,
jurnalis Muslim harus mencantumkan sumber data/informasi yang dikutip olehnya
dari media publikasi yang lain. Semua etika tersebut ada dalam al-Qur’an dan
al-Hadits. Jika etika-etika tersebut telah dipatuhi oleh para pewarta Muslim
namun tetap saja makar itu tak bisa dibendung, maka yakinlah bahwa makar Allah
Subhanahu Wata’ala jauh lebih hebat dari makar siapa pun di bumi ini. (net/
ang/ ”ap-news”).
Selamat
bekerja, jurnalis Muslim. Jangan pernah berhenti berdakwah![]
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
12 Maret 2017
Antisipasi, Musim Jalan Rusak & Listerik Padam Tak Bermusim
SETIAP
tahun apalagi musim hujan dapat dipastikan dimana-mana jalan rusak dan
berlumpur. Sehingga, mempengaruhi jalannya roda perekonomian rakyat. Demikian juga
dengan listerik yang dikelolah oleh perusahan negara (BUMN) PLN tanpa aba-aba
sewaktu-waktu padam dan bila malam mengejutkan pelanggan karena gelap gulita
memang semuanya manusiawi saja karena insiden itu bukan disengaja. Tapi, paling
tidak antisipasinya sudah dipersiapkan sehingga gelap gulita tidak harus
menunggu berjam-jam atau bermalam-malam itu kalau malam. Demikian siang hari, bila listerik mati mendadak siang hari
dampaknya cukup banyak terutama bagi yang usahanya mengandalkan PLN. Resikonya
bila listerik mati mendadak peralatan rumah tangga dan perkantor yang sedang on
aliran listrik saat itu sangat rentan kerusakan. Belum lagi kerugian bila
dihitung secara materi, hanya saja rakyat kita mudah menyanjung gampang pula
menggerutu. Sehingga, kekesalannya cukup ditumpahkan sesaat dengan sumpah
serapah yang ditujukan pada pihak terkait dari kejauhan. Dan persoal selesai
walaupun sebenarnya mereka menderita kergian secara moril dan materil.
Selanjutnya, seharusnya bisa saja meminta ganti rugi melalui jalur hukum.
Kembali dengan persoalan jalan seharusnya pemerintah
dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sudah mempersiapkan dana talangan bila
sewaktu-waktu jalan rusak dalam hitung jam sudah bisa di antisipasi terutama
menghadapi jalan darat termasuk jembatan. Seperti, di Provinsi Sumatera Selatan
jalan dikawasan Kabupaten PALI di
kawasan pendopo, kabupaten Ogan ilir di
kecamatan Muarakuang, Pemuluan, Rambangkuang,
Lubukkeliat, Kabupaten OKI di kawasan Sepucuk,
SP Padang Tulung Selapan, dan lain-lainnya.
Paling tidak saat-saat musim hujan
seperti kondisi dalam foto ini Kepala Dinas PU sekali lagi Kepala Dinas PU setempat
termasuk PU Provinsi bisa mengambil inisiatif untuk “membolduser” lumpur dan
meratakan lobang-lobang yang menghambat perjalanan masyarakat dijalan yang
rusak. Artinya, fungsi gawat darurat perlu diatasi dengan tidak harus membangun
secara permanen terlebih dahulu. Maka itu, Kepala Dinas PU harus punya
inisiatif dan diberikan hak untuk berinisiatif bila perlu kuatkan dengan Perda
agar tidak terkena sanksi hukum.
Demikian juga dengan perlistrikan, PLN seharusnya sudah
memikirkan peralatan cadangan bila sewaktu-waktu listrik padam dan mengalami
gangguan travo atau peralatan lainnya.
Jangan sampai listrik padam berjam-jam apalagi sampai
berhari-hari bila perlu setiap kabupaten dicadangkan dua kalipat persediaan travo
atau alat lainnya sesuai yang terpasang saat ini. Mungkin pembaca, membaca
tulisan ini berpendapat paling tidak
dalam hati berkata..ngomong gampang tapi dananya dari mana?..betul kita tidak
mengingkari masalah dana baik di dinas PU maupun PLN. Tapi, negara kita kaya
dan dinas bersangkutan pasti sudah punya program anggaran setiap tahunnya...terjemahkan
sendirilah...Semoga kedepan Pemerintah pusat, Daerah I-II, DPRRI-DPRD I-II
dapat memecahkan permasalahan gawat darurat di PLN dan Dinas PU, sehingga bila
turun hujan berkepanjangan, angin ribut badai sekalipun siang malam arus transportasi
masyarakat tidak terganggu...Salam...Oleh: hmsyarifuddinbasrie, s.i.kom.