AGUNG POST NEWS: OPINI
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan

18 Maret 2020

Tangkal Covid 19 STISIPOL Candradimuka Liburkan Belajar Tatap Muka Diganti Sistem Daring Surat Elektronik.

DALAM upaya menangkal meluasnya wabah korona yang populer dengan sebutan Covid 19. Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-  (STISIPOL ) Candradimuka Palembang sesuai surat edaran Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI) wilayah II prihal pencegahan meluasnya covid 19. Maka, sejak tanggal.18 Maret 2020 semua civitas akademik tenaga pengajaran STISIPOL Candradimuka Palembang  merubah metode pembelajaran terkait meluasnya wabah penyakit covid 19.
Demikian Surat Keterangan Ketua STISIPOL Candradimuka Palembang, Dr Lisahapsari Prihatini MSi. yang disampaikan, Budi Santoso,M.Comn kepada Redaksi "AP-News". Selasa, (18-03).
Surat Ketua STISIPOL Candradimuka Palembang tersebut terdapat 10 poin,  antara lain,  menghentikan sementara pembelajaran tatap muka dan diganti dengan sistem daring, surat elektronik atau media lain yang dapat dipertanggungjawabkan (google classroom dll).
Dibagian berikutnya dalam surat keterangan tersebut menyebutkan, selain kegiatan kemahasiswaan dan organisasi mahasiswa, baik didalam maupun diluar kampus dihentikan sementara dan semua sekretariat ormawa ( senat,  ukm,  hima) wajib dikosongkan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Pada poin 9. Dosen dan mahasiswa yang membutuhkan informasi akademik dan nonakademik dapat menghubungi ketua program studi masing-masing atau dapat menghubungi sdr Deby Chintia, H. MSi. Nope. 081366631369. Dan sdri Azna Novalina, MSi. Nope.  082281522888. Sedangkan pada poin terakhir  10 surat keterangan itu menyebutkan, batas waktu penghentian belajar mengajar ini dapat diperpanjangan jika dipandang perlu. Informasi selengkapnya tentang proses belajar mengajar sementara di STISIPOL Candradimuka Palembang tersebut silahkan membaca surat keterangan yang tertayang bersamaan berita ini. (red/"ap-news).

28 Desember 2018

Kebersamaan Menuju Wartawan Bermartabat di Era Now

 Muhamad Nasir, Sekretaris Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Sumsel.(AP-NEWS)
KEPENGURUSAN PWI Sumsel telah berlangsung  dalam era dan waktu serta situasi politik yang berbeda. Era kepemimpinan almarhum H Ismail Djalili, H Asdit Abdullah, H Kurnati Abdullah, H Octaf Riyadi telah berlalu dan memberikan manfaat maupun pelajaran yang berharga bagi PWI Sumsel sendiri maupun para anggotanya. Tiap-tiap era telah memberikan warna tersendiri, lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya.  Kini, di era zaman now dan situasi pasca reformasi yang bebas,  tentu membutuhkan sosok yang setidaknya memiliki  kemampuan yang sama plus kepiawaiannya menyesuaikan  dengan kondisi terkini.
Kebutuhan berorganisasi adalah mutlak bagi semua orang. Termasuk bagi mereka yang memiliki profesi. Diantaranya, mereka yang berprofesi wartawan. Dibutuhkan organisasi yang menjamin rasa nyaman dan bisa menjadi rumah besar bagi insan kuli tinta ini. Hingga diharapkan tumbuh profesionalitas yang bisa mengangkat martabat para jurnalis yang tergabung dalam organisasi tertua dan terbesar di nusantara ini, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia).
Terutama di era zaman now yang lekat dengan digitalisasi dan tumbuhkembangnya konvergensi media.  Apalagi tantangan bagi wartawan dan media massa saat ini semakin keras. Diperlukan sosok wartawan yang tangguh, profesional, kompeten dan sekaligus beretika untuk dapat memenangi ‘pertarungan’ tersebut. Kehadiran organisasi bagi mereka yang menggeluti profesi wartawan ini tentu dapat memperkuat dan turut mengamankan mereka dalam menalankan profesinya. Termasuk tentunya, organiswasi wartawan bisa menjadi mitra bagi media massa yang menaungi kerja jurnalis. Jurnalisnya nyaman menjalankan profesi, medianya maju dan bertahan di era yang penuh tantangan, dan organisasi mampu memberikan kehangatan. Ditambah sinergisitas dengan berbagai stake holder yang tidak membiaskan kontrol sosial  tentu akan memperkuat posisi pers sebagai pilar keempat dalam bernegara dan berdemokrasi.
                Menyadari hal-hal di atas, Ketua PWI Sumsel ke depan idealnya adalah sosok yang merasa terpanggil untuk membangun PWI Sumsel. Tentu dengan keyakinan bahwa anggota PWI Sumsel juga memerlukan organisasi yang bisa menjadi rumah besar bagi mereka dalam memelihara dan menjaga marwah wartawan, yang sesungguhnya bermartabat.
Paling tidak, dibutuhkan Ketua yang bisa menggandeng rekan-rekan seprofesi untuk menjalin kebersamaan. Sama-sama memiliki organisasi dan bersama menjaga marwah dan martabat profesi yang memiliki fungsi strategis dalam bernegara maupun bermasyarakat. Sebagai pilar keempat dalam negara demokrasi.
Karenanya, wajar saja kalau Ketua PWI Sumsel ke depan adalah  sosok yang bisa:  (1) memberikan sentuhan langsung kepada wartawannya, (2) memberikan manfaat bagi organisasi, (3) dan mitra bagi media massa, (4) sekaligus bisa membangun citra organisasi.
Sentuhan Wartawan
Sebagai insan pers, saya mencatat beberapa hal yang setidaknya harus terus dan dapat diperjuangan oleh ketua PWI Sumsel kedepan. Terutama yang berhubungan langsung dengan ‘dunia’ wartawan. Diantaranya, melaksanakan dan melanjutkan tradisi Uji Kompetensi Wartawan (UKW), mengoptimalkan pembelaan wartawan, menggagas dan membangun kemandirian dengan menghidupkan koperasi atau lembaga lainnya sebatas  tidak menyalahi ketentuan, menggelar pendidikan baik formal maupun nonformal untuk meningkatkan profesional wartawan, dan memperbanyak even atau kegiatan entah itu lokakarya, seminar, atau kegiatan lainnya di sela-sela tugas jurnalistik wartawan yang padat.  
Kepengurusan sebelumnya, mencatat  telah berkali-kali sukses melakukan UKW gratis dan mandiri. Dan ini membuahkan penghargaan sebagai pengurus yang aktif. Tradisi ini selayaknya dilanjutkan dan ditingkatkan. Salah satu rekomendasi  saat penetapan Indeks Kemerdekaan Pers (IKP)  2016 yang saya ikuti sebagai mewakili ahli pers dari Sumsel, adalah diperkenannya organisasi ataupun pihak lainnya menggandeng pihak ketiga dalam upaya meningkatkan profesional wartawan. Karena disadari, implikasi dari wartawan yang profesional adalah output jurnalistik yang juga akan lebih berkualitas. Karenanya, memang semua pihak harus bersama-sama mendorong upaya peningkatan profesional wartawan. Diantaranya, dengan menggelar UKW gratis. Yang dana penyelengaraannya diperoleh dari pihak-pihak terkait dan tidak mengikat. Sehingga peserta UKW tidak perlu mengeluarkan biaya untuk itu.
                Disadari, dalam menjalankan profesinya,  jurnalis terkadang tersadung masalah. Baik dalam proses mendapat informasi maupun ketika produk jurnalistiknya dinikmati masyarakat. Sebagai organisasi profesi, tentu sangat wajar kalau PWI Sumsel juga  dapat mengoptimalkan  pembelaan ini. Sehingga wartawan merasa nyaman dan terlindungi saat menjalankan tugasnya. Kode etik tentu saja harus menjadi pedoman utama. Dan hasil Kongres 2018, PWI juga berhasil  menelurkan kode perilaku yang menjadi  pedoman teknis bagaimana wartawan itu berperilaku sesuai profesinya. Ini tentu menjadi barang baru yang semakin membuat masyarakat bisa berharap sajian berita yang memang penting dan bernilai. Karena, kehadiran kode perilaku ini ditujukan bagi wartawan tetapi sesungguhnya dinikmati oleh masyarakat melalui produk jurnalistik yang dihasilkan para kuli disket.
                Mengacu  Peraturan Dewan Pers No 1/P-DP/III/2013 tentang Pedoman Penanganan kasus kekerasan terhadap wartawan, diketahui bahwa beragam ancaman didapai wartawan ketika menajalan profesi jurnalistiknya ataupun akibat karya jurnalistiknya. Setidaknya, berbentuk kekerasan fisik; kekerasan nonfisik seperti ancaman verbal, penghinaan, pengunaan kata-kata penghinaan dan pelecehan; perusakan peralatan kerja; dan upaya menghalangi kerja sehingga terhambatnya proses menghasilkan karya jurnalistik, serta bentuk lainnya.
                Prinsip penanganan kekerasan wartawan tersebut, yang terkait kerja jurnalistik menjadi tanggung jawab bersama perusahaan pers, organisasi profesi wartawan (termasuk PWI), dan Dewan Pers. Prinsip lain,  sesuai pedoman tersebut, organisasi perusahaan pers dan organisasi wartawan membentuk lumbung dana taktis untuk penanganan kekerasan wartawan dengan difasilitasi Dewan Pers.
                Dalam pedoman itu disebutkan juga bahwa,  perusahaan pers merupakan pihak pertama yang segera memberikan perlindungan terhadap wartawan dan keluarga.  Termasuk diantaranya, biaya pengobatan, evakuasi, pencarian fakta; koodinasi dengan organisasi pers, Dewan Pers, dan penegak hukum; serta memberi pendampingan hukum. Sementara, organisasi wartawan diharuskan  mengambil peran yang lebih besar dan bertindak proaktif untuk memberikan advokasi bagi wartawan dan keluarganya; mengupayakan dana bagi penanganan kasus; dan tidak membuat pernyataan menyalahkan pihak tertentu sebelum  melakukan pengumpulan data dan verifikasi data.
                Berdasarkan pedoman itulah, Ketua PWI Sumsel terpilih setidaknya menyadari dan memahami bahwa dirinya bersama pengurusnya harus bisa berperan lebih besar dan proaktif, serta bersinergi dengan perusahaan pers dan Dewan Pers. Yang paling penting, menyiapkan lumbung dana taktis. Serta dalam menangani kasus kekerasan  wartawan  senantiasa mengikuti  tahapan yang ditetapkan Dewan Pers, yakni pengumpulan informasi, veifikasi data, identifikasi  keperluan korban,  baru menyimpulkan dan memberikan rekomendasi. Sehinggan bisa ditetapkan  langkah penyelesaiannya melalui ligitasi atau nonligitasi. Dan tak pernah lepas dari koodinasi dengan pihak terkait, seperti perusahaan pers,  Dewan pers, LSM Media, LSM HAM, dan penegak hukum.
                Dengan sosok ketua PWI Sumsel yang bisa mengambil langkah yang tepat dan optimal dalam penanganan pembelaan wartawan, tentu akan memberikan jaminan rasa aman bagi anggotanya, wartawan yang menjalan profesi di wilayah Sumsel, sehingga karya jurnalsitik yang dihasilkan akan sesuai dengan fungsi dan tujuan pers itu sendiri yang independen dan melakukan kontrol sosial.         
                Organisasi yang kuat adalah organisasi yang mandiri. Kemandirian, bisa diperoleh karena organisasi itu punya sumber-sumber pendapatan yang bisa menunjang kerja dan kinerja. Tanpa harus bergantung kepada pihak manapun. Setidaknya, sosok yang akan memimpin PWI Sumsel, adalah mereka yang bisa menghidupkan dan membangun kemandirian. Bisa saja dengan mengaktifkan unit kerja berbentuk koperasi ataupun bentuk lainnya seperti even organiser  (EO). Para anggota PWI Sumsel diaktifkan dalam kegiatan dan aktivitas ini.  Meski tidak bisa full karena harus dilakukan di sela-sela tugas jurnalistik, paling tidak hasilnya bisa digunakan untuk membangun kemandirian. Termasuk menyediakan lumbung taktis untuk pembelaan wartawan.
                Profesional tentu diharapkan bisa diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Sebenarnya yang paling berkewajiban dengan profesionaltas wartawan adalah perusahan pers. Tetapi, sebagai organisasi yang mengimpun wartawan, tentu merupakan nilai plus kalau organisasi sebesar PWI pun bisa memberikan andil yang cukup besar bagi peningkatan profesionalitas wartawan. Bisa dilakukan secara mandiri maupun bersinergi dengan pihak pihak. Karenanya, memang dibutuhkan sosok yang bisa membangun sinergi dengan berbagai stake holder sehingga upaya pelatihan maupun pendidikan wartawan bisa berlangsung secara kontinu dan berkelanjutan.
Bagi Organisasi 
                Aktvitas organisasi organisasi akan lebi berdenyut kalau sosok pemimpinnya mampu merangkul pengurus dan anggota untuk senantiasi aktif dan berinovasi serta mengembangkan kreativitas. Termasuk, dengan menggagas dan melaksanakan berbagai kegiatan. Sebut saja misalnya lomba-lomba yang berhubungan dengan aktivitas jurnalistik, olahraga, seni dan hiburan, ataupun even-even lain. Karena sesungguhnya sosok jurnalis itu adalah mereka yang  banyak memiliki hubungan dan koneksi.  Tentu menjadi hal yang positif, kalau peluang dan potensi yang ada di kalangan wartawan bisa dimanfaatkan secara optimal. Organisasi akan lebih merasakan manfaatnya dan anggota serta pengurus pun bisa menikmatinya.
                Sekretariat tentu merupakan sarana dan fasilitas yang bisa lebih memotivasi anggota dan pengurus untuk lebih aktif. Ada atmosfer dan nuansa tersendiri bila PWI Sumsel memiliki sekretariat yang permanen dan lebih Kondusif. Dengan sekretariat yang ada sekarang pun, berbagai prestasi dan kualitas kinerja yang mumpuni telah dibuktikan kepengurusan sebelumnya. Apalagi, kalau di periode berikutnya, bisa mewujudkan sekretariat yang lebih permanen dan  lebih kondusif. Tentu, semangat dan motivasi anggota maupun  pengurus akan lebih terpompa. Terutama dalam menghadapi tantangan pers kini yang jauh lebih berat.
                Tak dapat dipungkiri, fungsi utama pers itu adalah melakukan kontrol sosial. Tetapi, sebagai organisasi wartawan, tentu tidaklah salah, kalau PWI Sumsel memiliki sosok pemimpin yang mampu membangun sinergisitas dengan berbagai stake holder. Terutama untuk menunjang eksistensi organisasi dan menumbuhkan kebersamaan dalam upaya membangun daerah dan negara. Peran pers sebagai pilar keempat dalam  alam demokrasi tentu menggambarkan betapa strategisnya peran  wartawan termasuk organisasi wartawan.  Di tengah era digital terkini, dimana peran media sosial, seakan menjadi pilar kelima dalam berdemokrasi, tentu kita membutuhkan sosok yang  bisa tampil prima, menempatkan diri  pada posisi dan tempat yang tepat.  Sinergi yang dibangun Ketua PWI Sumsel, akan mendongkrak posisi dan peran wartawan maupun organisasinya ke posisi yang lebih terhormat dan berwibawa. Disegani, meskipun tidak ditakuti.
                Organisasi itu adalah ilmu.  Berdasarkan ilmunya, organisasi itu adalah bagaimana seni membangun partisipasi.  Dengan adanya partisipasi, semua unsur dalam organisasi itu mengetahui dan menyadari apa yang harus dilakukan. Tidak ada pemaksaan, otoriter, dan ancaman. Menurut Keith Davis, ada tiga unsur penting dalam partisipasi itu. Yakni keterlibatan mental dan perasaan, kesediaan dan sukarela, dan yang ketiga tanggung jawab.
                Artinya, organisasi itu bukanlah milik segelintir orang, melainkan milik bersama.  Karenanya, sosok Ketua PWI Sumsel, setidaknya  tidak membangun partisipasi pengurus dan anggotanya. Caranya dengan membangun sistem organisasi terbuka, transparan, dan akuntabel. Sehingga diharapkan PWI Sumsel bisa menjadi rumah besar tempat membangun mimpi dan harapan bersama. Semuanya berpartisipasi. Semuanya dilibatkan, sukarela, dan memiliki tanggung jawab.
                Keharmonisan keluarga memberikan pengaruh terhadap kerja, kinerja, dan suasana organisasi. Karenanya, dalam berbagai organisasi, peran istri senantiasa memberikan andil yang tak sedikit dalam kesuksesan merealisasikan program. Mengacu hal tersebut, setidaknya aktivitas Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Sumsel tentu menjadi bagian yang tak terlepaskan dari upaya membangun organisasi yang  kuat.
                PWI Sumsel merupakan pusat organisasi bagi berbagai pengurus PWI kabupaten di wilayah ini. Kehadiran dan keberadaan kepengurusan ini  tentu sangat vital dan strategis. Apalagi kalau mengacu ke PD/PRT PWI, bahwa Pengurus PWI Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan program kerja yang ditetapkan konferprov serta dijabarkan  oleh konferkab serta melaksanakan keputusan-keputusan pengurus PWI Provinsi maupun pusat.
                Karenanya, konsolidasi ini mutlak dibangun dan diperkuat guna lebih memperkuat partisipasi pengurus PWI Kabupaten/kota terhadap PWI Sumsel.
Media Massa
                Persoalan yang dihadapi media massa adalah adanya kesenjangan antara media-media yang ada. Entah itu media harian, mingguan ataupun bulanan. Termasuk cetak ataukah media daring. Karena itu, Ketua PWI Sumsel setidaknya bisa mengupayakan dan memberi pemahaman kepada pihak terkait, terutama yang berhubungan dengan pembagian kue iklan.  Ada mediasi dan upaya menjembatani dengan pihak  terkait, sehingga masing-masing media bisa mendapatkan kue iklan yang  proporsional. Kalau ini terealisasi, maka iklim dan hubungan antarmedia akan terjalin dengan baik. Masing-masing bisa bergandengan tangan, meskipun dalam upaya menghasilkan produk jurnalistik memiliki ciri dan karakter masing-masing.
                Ketentuan Dewan Pers  dalam upaya menumbuhkan media massa yang sehat, adalah dengan melakukan verifikasi terhadap media-media yang ada. Sebagai organisasi wartawan, sangat ideal kalau juga memberikan perhatian dan bisa memberi back up langsung dalam proses verifikasi media ini. Dengan terverifikasinya media, tentu akan berimplikasi terhadap kerja dan kinerja wartawannya.
                Terakhir, sosok Ketua PWI Sumsel diharapkan bisa memberikan  sentuhan kepada kehidupan pers di daerah maupun secara nasional.   Piagam Palembang telah ditandatangani di Palembang tahun 2010 lalu. Menghasilkan   kesepakatan untuk melaksanakan UKW dan menyelenggarakan  Sekolah Jurnalistik Indonesia (SJI). Hingga kini, UKW dan SJI ini sudah terselenggara.  Merespon ini, sosok Ketua PWI Smsel setidaknya bisa ikut merealisasikan amanat Piagam Palembang, yang juga menjadi program PWI Pusat. Meneruskan dan melanjutkan tentu sangat baik. Merealisasikan yang baru, seperti Sekolah Jurnaistik Asean, tentu juga merupakan hal yang sangat baik.
                Pesta suksesi yang direncanakan pada 5 Januari 2019, kini disepakati diundurkan pada 26 Januari 2019.   Konferprov PWI Sumsel, sesuai hasil audiensi Ketua Pelaksana dan pengurus harian dengan Gubernur Sumsel H Herman Deru ditetapkan untuk dilaksanakan di tanggal tersebut. Catatan ini bukanlah syarat untuk bisa memimpin PWI Sumsel ke depan. Tetapi, paling tidak melalui catatan singkat ini bisa menjadi inspirasi bagi para kandidat untuk mengelola dan memimpin  PWI Sumsel ke depan, yang kini masih dipegang oleh H Octaf Riyadi SH.
Kontemplasi suksesi memang mulai terasa. Beberapa nama mulai muncul, sebut saja misalnya Hadi Prayogo, Afdhal Azmi Jambak, Jon Heri Mardin, Aan Sartana, Firdaus Komar, dan beberapa nama lainnya. Namun, sesuai PD/PRT, nama-nama kandidat yang pasti mencalon atau dicalonkan baru akan kelihatan pada hari H pemilihan. Hidup PWI Sumsel.*****  

07 September 2017

Operasional Kegiatan Hulu Migas “Tingkatkan Produksi Hentikan Pencuri”

hmsyarifuddinbasrie,s.i.kom

Oleh: HMSyarifuddin Basrie,S.I.Kom.
Penulis Wartawan Pengurus PWI Sumsel, dan Mahasiswa Program Pasca Sarjana di Salah Satu Perguruan Tinggi Swasta di Palembang dan suka mengamati masalah migas.

BERBICARA kebutuhan minyak dan gas (migas) dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di era serba modern ini sama saja dengan mencari kebutuhan inti yaitu beras (nasi) atau sembilan bahan pokok lainnya (sembako). Maka itu, wajar saja kalau berbagai pihak  agak khawatir  akan persediaan migas yang mengancam karena akan habis 11 tahun lagi kalau pemerintah tidak bisa mengantisifasinya. Nach, antisifasi inilah yang membuat pusing tujuh keliling  karena  selain Allah SWT, hanya pemerintah yang mengetahui cukup tidaknya kebutuhan hidup umat manusia yang mereka pimpin termasuk masalah minyak dan gas. Apalagi energi gas sejak beberapa tahun terakhir seolah “memaksa” agar masyarakat membutuhkannya untuk kepentingan hidup sehari-hari  dalam urusan masak-memasak dengan latar belakang subsidi buat kalangan tidak mampu dengan penyediaan tabung  gas 3 kg, “walaupun sebenarnya haknya masyarakat miskin ini banyak juga dipakai oleh kalangan menengah keatas”. Dan menghilangkan minyak tanah (minyak lampu) dari peredaran bangsa ini, walaupun masih ada persediaannya itu sangat terbatas dan harganyapun melambung  tinggi padahal pemakaian minyak tanah saat itu belum secara mayoritas karena masih banyak masyarakat menggunakan kayu bakar. Sementara saat ini persediaan gas 3 kg sering menghilang dari peredaran/langkah, sehingga harganya sering mencapai Rp30-Rp40 ribu/tabung  di pedesaan..red ada buktinya. Seperti diketahui bahwa persedian minyak dan gas hanya bisa bertahan hingga 11 tahun lagi  terungkap pada hari pertama (sharing) dalam kegiatan Seminar Media Gathering SKK Migas tanggal. 29-30-31 Agustus 2017, di BW Suite Hotel, Tanjung Pandan, Belitung, Provinsi Bangka Belitung,  yang menampilkan beberapa narasumber dari Pertamina dan SKK Migas Sumbagsel. Tak ada jawaban pasti dari nara sumber (mungkin karena bukan wewenang mereka) saat  beberapa peserta meminta penjelasan solusi apa yang akan diambil  dalam mempersiapkan  menjelang  habisnya persediaan migas 11 tahun kedepan bahkan terlihat kesejenjangan antara pelaksana operasi dilapangan dengan peraturan pemerintah..???... Dan kelihatannya pihak pemerintah juga secara resmi belum memperlihatkan antisifasi untuk menangkal kekhawatiran pertamina bersama tim operasional  lapangan menghadapi ancaman habisnya migas 11 tahun kedepan. Padahal  titik (sumur) minyak dibeberapa daerah masih banyak  yang  belum terkelolah, katakan saja seperti Kabupaten Ogan Ilir terdapat  ratusan titik bor peninggalan belanda yang sampai saat ini belum ditindak lajuti pengelolaannya,  hal serupa juga di daerah lain di Sumatera Bagian Selatan bahkan mungkin di Indonesia. Namun, sangat diyakini makanya masalah ini tidak terlalu dikhawatirkan, karena pemerintah pasti telah mempunyai strategi jitu untuk mengatasi hal tesebut yang mungkin juga kedepan APBN Indonesia tidak akan tergantung dari sektor perminyakan yang harganya telah diatur oleh dunia secara internasional  dan lebih banyak menyengsarakan rakyat dari pada mensejahterakan. Sehingga, nantinya ladang  minyak kekayaan di bumi ibu pertiwi ini hanya diperuntukan kebutuhan dalam negeri saja...mungkinkah???. atau malah sebaliknya migas indonessia akan dijadikan sumber utama APBN sehingga kebutuhan dalam negeri dipasok dari luar negeri seperti sekarang ini dengan sistim pengelolaan yang lebih canggih dan moderen.  Seminar hari kedua diungkap oleh salah seorang nara sumber bahwa rentang waktu pengelolaan sumber migas bukan hal gampang, voint  dalan materi yang dipaparkan “Tahapan Kegiatan Usaha Hulu Migas dari Ekplorasi ke Produksi”  membutuhkan retang waktu puluh-puluhan tahun sejak ekplorasi hingga ke masa produksi:  EKPLORASI  memerlukan waktu 3-6 tahun berkaitan dengan Seismic-Explorasi-Drilling-Studi-studi...APPRAISAL  1-2 tahun berkaitan dengan Seismic - Appraisal drilling - Studies...PENGEMBANGAN  3-6 tahun berkaitan dengan Commercialisation – Engineering/Screening – Feed – Amdal & HSE – Facilty construktion – Development drilling...PRODUKSI  10-20 tahun berkaitan dengan production/operotions – Maintenance – Facility Uprage, Replacement – Resevoir and Produvtion Surveillance...ABANDONMENT  1-2 tahun  berkaitan dengan Abandonmenliabilities (inspecified in the PSC). Kalau saja rentang  waktu  “Tahapan Kegiatan Usaha Hulu Migas dari Ekplorasi ke Produksi” bisa dipersingkat menjadi dua tahun saja dengan mencari peralatan canggih seiring kemajuan dan moderenisasi zaman dalam hubungan 72 tahun Indonesia Merdeka, dan 60 tahun Pertamina berdiri sejak 1957 yang sudah barang  tentu berdampak  fositip terhadap  kecepatan produksi berikut pemasarnya sehingga perputaran secara ekonomi akan lebih menguntungkan berlipat-lipat  dari masa puluh-puluhan tahun seperti sekarang. Rasanya sudah waktunya pemerintah dalam hal ini pertamina sebagai single faigthter di indonesia yang dipercaya mengelolah migas mulai dari janin yang masih mengambang sampai masuk kedalam kandungan perut bumi hingga memuntahkan dolar  or uro untuk menambah pendapatan negara. Penjarahan salah satu kendala dalam penglolaan ekplorasi hingga produksi dan mungkin juga hingga ke rana ABANDONMENT, mengapa.?  Namun, disini hanya mengulas penjarahan dari sejak ekplorasi hingga produksi saja karena bagian-biagn ini banyak melibatkan kepentingan masyarakat umum misalnya sumur bor terletak di lahan masyarakat yang disatu sisi mereka merasa memilik lahan dan dikelolah secara turun temurun dan lain sebagainya berkaitan dengan kepemilikan disisi lain Undang-Undang telah mengatur bahwa minyak dan gas merupakan aset negara yang harus dikelolah berdasarkan peraturan pemerintah dan Undang-Undang tentang hal tersbut. Akibatnya muncul istilah penjarahan oleh rakyat terhadap aset negara padahal kalau saja pemerintah bijak bisa saja mereka yang memiliki lahan tersebut di rekrut dan dibina dengan sistim saling menguntung dan UU / Peraturan yang mendominasi milik negara itu direvisi. Selain itu berkenaan pencurian minyak pada jalur pipa (ellegal tapping), penambangan minyak tanpa izin (Illegal Mining) dengan kekuatan scurity/pengamanan berlapis seperti sekarang semesti pencurian dapat diatas dengan sistim patroli apalagi penghasilan mereka juga lumayan besar mencapai puluhan juta,  atau tenaga pengamanannya melibatkan penduduk setempat dengan penghasilan sesuai dengan yang diberikan kepada petugas scurity yang diambil dari lembaga negara seperti sekarang. Namun, kenyataannya rekrutmen tenaga scurity dari wilayah stempat bukan hanya minim tapi juga penghasilan dibawah standar  UMR dengan waktu bertugasnya melebih ketentuan departemen tenaga kerja..red buktinya ada. Sedang tindak pidana migas lainnya yang terjadi di Sumbagsel selain dari dari dua hal diatas juga ada penyulingan minyak illegal serta penyalahgunaan BBM Subsidi. Sayangnyanara sumber di seminar media gathering di Belitung, belum lama ini,  tidak memaparkan berapa besar kerugian yang diderita  Pertamina pertahunnya akibat gangguan operasi dan tidak pidana migas di Sumbagsel. Namun,  akibat dari penjarahan ini itu artinya ada kebocoran disektor sana yang seharusnya bisa diatas melalui disiplin dan ketegasan petugas scurity.  Menurut nara sumber di seminar Media Gathering  Belitung, belum lama. Pihak keamanan penjaga aset perusahaan negara tersebut sudah berlapis-lapis  bahkan sudah dianggap maksimal walaupun penjarahan dan pencurian terus berlangsung. Kedepan Pertamina perlu merevisi kembali sistim yang diterapkan dibagian scurity agar kerja maksimal itu menutup kesempatan penjarah dan pencuri melakukan aksinya terhadap aset negara tersebut. Ayo.. Tingkatkan Produksi Hentikan Pencuri.
Kesimpulan dari tulisan ini ;
1.Pertamina perlu mengkaji lagi manajemen scurity dilapangan, agar memberdayakan masyarakat  sekitar lokasi dengan penghasilan sesuai yang diterapkan pada petugas scurity dari lembaga keamanan yang diterapkan sekarang.
2.Pemerintah, DPR, Tokoh-tokoh Masyarakat sekitar  lokasi operasional (bukan tokoh nasional), dan Pertamina perlu duduk satu meja untuk saling mendengarkan saran pendapat  dan mengkaji penerapan kebijakan menyangkut  operasional  migas ditanah air terutama dilahan milik rakyat karena rakyat juga dibebani dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Paling tidak memikirkan merevisi UU Migas  agar  tidak di donimasi oleh keputusan Pemerintah, dan membuat UU dan Peraturan bagi hasil terhadap Penambang Minyak Bumi Tanpa Izin (Illegal Mining) yang diartikan; Kegiatan penambang minyak yang dilakukan oleh individu/ sekelompok orang tanpa izin, dengan cara membuka kembali sumur lama/ sumur Belanda, menguasai sumur minyak KKKS  dengan dalih berada diatas lahan mereka, atau dengan melakukan pengeboran minyak sendiri diatas tanah/kebun milik pribadi, perkebunan swasta, kawasan hutan tanpa memilik izin pemerintah.  Tulisan ini untuk masukan pihak berkompeten, dan guna mengikuti kompetisi media gathering skk migas yang berlangsung pada tanggal. 29-30-31 Agustus 2017 di Tanjung Pandan, Kepulauan Belitung, Provinsi Babel...sekali merdeka tetap merdeka nkri harga mati sukses selalu skk migas..salam. *****


CATATAN: Tulisan ini akan dikirim ke Presiden RI Jokowidodo, dan DPRRI serta DPRD I dan DPRD II, dan pihak-pihak terkait, sebagai bahan masukan untuk merevisi UU Migas terkait pengelolaan migas di tanah air. Statemen : Untuk kesejatehaan Rakyat Tak Ada Yang Tidak Bisa Diubah Termasuk  Undang-Undang.

07 April 2017

Ishak Mekki, Pemimpin Rakyat. Prof Siti Zuhro: Layak Meneruskan Alex Noerdin


Catatan HERIYANTO. ZA, M.Si *)


Wagub Sumsel, H. Ishak Mekki, dengan penuh keramahan dan kesabaran senantiasa melayani warganya yang ingin foto bersama maupun ber-selfy ria.

TIADA hari tanpa bertemu rakyat. Slogan ini tampaknya yang paling pas untuk men-’juluki’ sosok Wakil Gubernur Sumsel, Ir. H.Ishak Mekki, MM saat ini. Betapa tidak, hampir setiap hari selama kurang lebih tiga tahun ini – sejak dilantik sebagai Wagub Sumsel -- dia nyaris tak pernah absen di sela tugas rutinnya sebagai Wagub, dia pasti menyempatkan diri untuk tetap bertegur sapa, bertatap muka atau berkunjung dan menerima kunjungan masyarakatnya, masyarakat Sumatera Selatan.
Tak hanya itu, makan bareng bersama kolega, teman lama atau siapa saja yang kebetulan bertemu dengannya di mana dan kapan saja juga selalu dia lakukan. Dia tak sungkan pula meski makan di emperan pinggiran kota atau di kampung-kampung terlebih menerima masyarakatnya sekedar untuk foto dan berjabat tangan. Sambil ‘kongkow’ itu pula dia menyempatkan berdiskusi, menerima masukan termasuk kritik yang terlontar dari warganya.
Catatan penulis yang senantiasa selalu mengikuti perjalanannya, menyimpulkan bahwa Ishak Mekki adalah sosok pemimpin yang merakyat. Sosok pemimpin rakyat adalah Ishak Mekki.
Tak ada kesombongan yang terpancar di wajahnya, dan keluarganya. Dengan siapa saja, tak peduli itu para pejabat di lingkungan kerja (Pemprov Sumsel), rakyat biasa, termasuk terhadap para petugas dan pembantu yang ada di rumah tangganya, Ishak Mekki maupun keluarganya tetap bersahaja, bersahabat, kekeluargaan dan dekat.
“Tak ternilai kebaikan bapak, ibu dan keluarga di sini kepada kami, meski kami sebagai orang kecil yang turut mengabdi di rumah tangga beliau,” kata Alfian (23) suatu hari kepada penulis. Apa yang dikemukakan Alfian, merupakan cerminan dari sesungguhnya yang ada di kehidupan mantan Bupati OKI dua periode ini.
“Sejak dulu ketika saya masih berdinas di Pusri hingga kini saya telah pensiun, saya tetap akrab dan bersahabat dengan pak Ishak Mekki. Dia sosok yang konsisten dalam berteman, tak pernah berubah, dari dulu hingga kini meski telah menjadi orang nomor dua di daerah ini,” timpal Drs.H.Syamsul Rizal, sahabat lamanya yang kini menjadi staf bagian logistik di kediaman Ishak Mekki.
Hampir setiap Sabtu dan Minggu dapat dipastikan dia menghadiri berbagai undangan dari masyarakatnya, baik itu undangan pernikahan, sunatan dan hajatan lainnya. Di sini pula kesempatan baginya untuk bertemu dan bertatap muka langsung dengan rakyatnya.  Meski secara bisik-bisik, dia pasti akan mendengar apa yang disampaikan oleh masyarakat setempat dalam kunjungan tersebut. Begitu juga sebaliknya, masyarakat juga secara oneway  pasti menerima pula apa yang disampaikannya dalam setiap sambutan.
Sementara di hari lainnya, di luar rutinitas yang telah teragenda oleh protokol Pemprov untuknya, selepas jam kerja, dia pasti menyempatkan diri pula untuk menerima kunjungan para staf maupun masyarakat dan tamu lainnya yang berkepentingan. “Sedapat mungkin kita layani, kita harus melayani mereka,” kata suami Hj. Tartila Ishak ini suatu hari.
Dengan demikian, lanjutnya, tidak ada lagi celah masyarakat kita tak dapat bertemu dan terlayani oleh kita. Kepada mereka kita harus peduli dan selanjutnya kita berikan solusi terhadap berbagai persoalan yang mereka hadapi, imbuh ayah tiga anak, Muchendi, Azhar dan Ones ini.
Safari Jumat
Sejak awal dilantik menjadi Wagub Sumsel, Ishak Mekki telah mencanangkan untuk melakukan safari Jumat ke setiap mesjid mulai mesjid yang ada di dalam kota Palembang hingga jika berkesempatan ke mesjid-mesjid yang ada di daerah-daerah. Safari Jumat ini dilakukan, selain terus menjalin keakraban dan silaturahmi dengan masyarakat juga safari ini menjadi ajang untuk menyerap secara langsung aspirasi mayarakat
Di setiap mesjid, dia menyempatkan diri untuk menyampaikan sambutan sekaligus pesan-pesan kepada jemaah tentang pentingnya kebersamaan, persatuan dan kesatuan. “Jangan menjadi warga yang mudah terhasut, terkotak-kotak dan terus menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ini di antara pesan yang senantiasa disampaikan. Selebihnya, dia pasti memberi bantuan atas nama Pemprov Sumsel, bagi mesjid atau musala yang memang membutuhkan bantuan terutama untuk rehab maupun perbaikan-perbaikan kecil.
Tak terhitung lagi mesjid dan musala yang telah dikunjungi Wagub Ishak Mekki. Banyak manfaat yang diperoleh dengan melakukan safari Jumat seperti selama ini. Dengan kegiatan ini, selain manfaat yang selalu disebutnya sebagai ajang silaturahmi, menyerap langsung aspirasi masyarakat, yang lebih penting kegiatan safari Jumat ini adalah dapat memakmurkan mesjid atau musala sebagai rumah Allah. Ini juga yang selalu dihayati oleh Ishak Mekki yang juga sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel.
Dukung Asian Games
Terlepas dari segala pesan-pesan di setiap kunjungannya ke masyarakat maupun ke setiap mesjid dan ke berbagai acara, Ishak Mekki pasti menyeru masyarakatnya – masyarakat Sumsel – untuk mendukung penuh provinsi ini sebagai tuan rumah Asian Games 2018 mendatang. Dukungan yang dimaksud, masyarakat diharapkan dapat memberikan kontribusi sesuai bidang masing-masing agar event internasional ini dapat berjalan sukses, di antaranya bersama-sama menjaga kerukunan antarumat beragama.
Ishak selalu meyakinkan masyarakat, bahwa banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya event tersebut, misalnya Sumsel akan memperoleh aset infrastruktur yang sangat besar dan banyak. “Lihat saja, saat ini kita sedang giat-giatnya melakukan pembangunan dalam rangka menyambut Asian Games, seperti saat ini kita tengah membangun Light Rail Transit (LRT), untuk rute Bandara – Jakabaring, jalan TOL Palembang – Indralaya dan flyover di simpang Kertapati – Indralaya, flyover simpang Bandara. Bahkan Sumsel juga telah siap menjadi tuan rumah olahraga bermotor tingkat internasional seperti moto-GP,” kata Ishak selalu di setiap kesempatan.
Dengan semangat, dia juga selalu memotivasi masyarakat bahwa Sumsel saat ini tidak hanya dikenal di tingkat nasional, namun sudah dikenal di tingkat Internasional karena Sumsel sering melakukan berbagai event Internasional. “Untuk itulah perlunya kita menjaga kerukukan antarsesama antarumat beragama, karena kerukunan ini merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung berbagai event Internasional yang digelar di Sumsel," imbaunya.

Menyimak berbagai aktifitas positif dan kegiatan yang senantiasa dilakukan oleh Ishak Mekki tersebut, Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Siti Zuhro mengapresasinya. Apresiasi ini disampaikan oleh Siti Zuhro yang juga selaku pengamat politik nasional, tatkala bersama-sama Ishak Mekki menjadi narasumber di sebuah acara di Jakarta yang bertajuk “Mencari Pemimpin Ideal Sumsel” beberapa waktu lalu di Jakarta.

“Saya memberikan apresiasi yang positif atas apa yang telah diperbuat Pemprov Sumsel melalui tangan pemimpinnya Gubernur Alex Noerdin dan Wakil Gubernur Ishak Mekki,” kata Siti Zuhro. Untuk itu pula ke depan, agar pembangunan di daerah ini – Sumsel – berkesinambungan, calon pemimpin yang harus menggantikan Alex Noerdin adalah yang seirama dan sepemikiran dengannya. “Bapak Ishak Mekki layak meneruskan perjuangan Pak Alex,” tegasnya.

Senada dengan Prof Siti Zuhro, pengusaha nasional asal Sumsel, Edi Ganefo maupun Ketua Lintas Politika, Kemas Khoirul Mukhlis menyatakan hal yang sama. Bahwa Ishak Mekki ke depan layak meneruskan perjuangan Gubernur Alex yang dinilai sarat dengan keberhasilan. (Penulis: Tim Media Ishak Mekki/ Ikl)

16 Maret 2017

Jurnalisme Takwa


  =foto ilustrasi hmsb=



PARA jurnalis Muslim yang bekerja di media-media Islam telah bekerja sesuai kode etik jurnalis Muslim padaawal 1978, Koran Kompas pernah dibredel oleh pemerintah Soeharto selama 3 pekan. Setelah itu, harian yang dikomandoi oleh Jakob Oetama ini tampil lebih lembut. Mereka melunak. Padahal, ketika itu, kebanyakan surat kabar menganut jurnalisme keras dan sarat dengan kritik terhadap pemerintah. Perubahan sikap ini kemudian diistilahkan oleh Rosihan Anwar sebagai jurnalisme kepiting. Artinya, mereka bersikap tak ubahnya seperti kepiting. Ketika ada hambatan di depan, mereka mundur, atau berjalan menyamping, lalu mencari jalan lain yang lebih aman. Ya, jalan aman. Jika dulu ada istilah jurnalisme kepiting, rasanya cocok bila kita menyebut sikap yang bertolak belakang dengan itu sebagai jurnalisme banteng. Kita tahu, banteng selalu menyeruduk setiap hambatan yang ada di depannya. Tak peduli seberat apa pun halangan itu, ia hantam. Harus kita akui, saat ini media dengan gaya banteng seperti itu ada, bahkan jumlahnya tak sedikit. Mereka mengkritik dengan sangat kasar, mencampur adukkan fakta dan opini untuk “menghantam” apa yang mereka tak suka, bahkan tak peduli apakah informasi yang mereka sampaikan bohong atau bukan.Media Islam seharusnya tak melakukan kedua “budaya” itu. Media Islam tak akan bersikap seperti kepiting: berhenti atau berbelok mencari jalan lain manakala menemukan hambatan, atau bersikap seperti banteng: menyeruduk tanpa etika. Media Islam akan terus berjalan penuh kehati-hatian manakala ada hambatan yang menghadang di hadapannya. Media Islam harus terus melangkah sebagaimana nasehat Ubay bin Ka’ab kepada sahabatnya Umar bin Khaththab.Diceritakan bahwa Umar suatu hari bertanya kepada Ubay tentang takwa. Lalu Ubay balik bertanya pada Umar, “Bukankah Anda pernah melewati jalan penuh duri? Apa yang Anda lakukan saat itu?”. Umat tidak menjawabnya dengan berhenti. Umar justru menjawabnya, “Saya (terus) berjalan (namun) berhati-hati.”Begitulah seharusnya media Islam: tetap melangkah dengan penuh kehati-hatian. Media Islam  tak boleh berhenti mewarta sebagaimana para dai tak boleh berhenti berdakwah. Media Islam tak boleh berhenti mengkhabarkan konsep jihad dan khilafah secara benar kepada masyarakat meski saat ini kedua istilah itu tengah dihujam fitnah luar biasa akibat ulah sekelompok ekstrim. Media Islam harus terus menceritakan kondisi para pengungsi Suriah yang begitu memprihatinkan agar kaum Muslim di seluruh dunia mau menyisihkan hartanya untuk membantu mereka meski aliran dana ke negeri konflik saat ini tengah mendapat sorotan tajam. Hanya saja, sekali lagi, media Islam harus berhati-hati melangkah. Pastikan bahwa para jurnalis Muslim yang bekerja di media-media Islam telah bekerja sesuai kode etik jurnalis Muslim, sebagaimana banyak dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadits. Misalnya, para jurnalis Muslim harus bekerja secara profesional sebagaimana kaidah profesi dalam kejurnalistikan selagi hal tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam kaidah fiqih disebutkan, al-muslimuna ‘ala syuruthihim (kaum muslimin itu wajib memenuhi syarat-syarat yang ada di antara mereka). Itu berarti, jurnalistik sebagai cabang ilmu yang memiliki aturan (syarat-syarat) yang telah disepakati bersama harus dipatuhi oleh para jurnalis Muslim sepanjang hal tersebut tidak menyelisihi al-Qur’an dan as-Sunnah. Selain itu, para jurnalis Muslim pantang mempublikasikan berita-berita bohong sebagai mana Islam juga mencela perbuatan tersebut. Para jurnalis Muslim harus mematuhi kaidah tabayyun (klarifikasi) dalam menyusun berita. Para jurnalis Muslim pantang menerima sogokan dan pantang pula menyajikan berita yang mengandung unsur fakhisya (menggambarkan kekerasan dan seksual secara fulgar). Media Islam harus segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat, disertai pemberitahuan atau permintaan maaf kepada pihak-pihak yang mengajukan keberatan atas kesalahan tersebut. Dan, jurnalis Muslim harus mencantumkan sumber data/informasi yang dikutip olehnya dari media publikasi yang lain. Semua etika tersebut ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Jika etika-etika tersebut telah dipatuhi oleh para pewarta Muslim namun tetap saja makar itu tak bisa dibendung, maka yakinlah bahwa makar Allah Subhanahu Wata’ala jauh lebih hebat dari makar siapa pun di bumi ini. (net/ ang/ ”ap-news”).
Selamat bekerja, jurnalis Muslim. Jangan pernah berhenti berdakwah![]
 Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

 

27 Februari 2017

Datangnya Raja Salman Semoga Bermanfaat Untuk Kemaslahatan Umat







SEDIKIT ingin menuliskan aspirasi seputar kebanggaan terhadap kunjungan Raja Arab Saudi, King Salman Al Azis ke Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta dan apresiasi terhadap Sang Presidenku Jokowi yang sudah akan mencairkan hubungan bilateral kedua negara..walaupun ada rasa sedikit bagaimana "gitu" pak presiden kita ini tidak pakai kopiyah seperti mantan-mantan presiden RI terdahulu saat kunjungan atau menerima kunjungan atau sehari-harinya yang tak lepas dari tutup kepala warna hitam yang terlihat menambah kesejukan/adem. Secara kenegaraan ataupun kedinasan hal itu  bukanlah wajib karena itu katakanlah aksesoris yang menambah kesejukan bagi siapapun memandangnya..salam hormat buat presidenku pak Joko Widodo..Tadinya, tidak mengira kalau hubungan diplomatik kita sedikit kurang harmonis dengan bangsa negara se-iman Saudi Arabia itu, tapi setelah mendengar berita baik di televisi dan RRI menjelang kedatangan Raja Salman akhri-khir ini prihal hubungan kedua negara banyak dibahas oleh penyiar-penyiar nasional RI melalui televisi dan radio. Sehingga, mengetahui masalah hubungan Pemerintah RI dengan Pemerintah Saudi Arabia selama ini sedikit kurang harmonis plus ada permintaan dari negara kawasan gurun pasir itu  agar  TNI bergabung. Namun, pemerintah RI kala itu menolak dengan tegas karena satu prinsif  TNI tidak boleh berblok-blok untuk dipakai berperang.
Dalam kurun waktu 47 tahun jarak dari kunjungan Raja Fulus dunia itu hingga tanggal.1 Maret 2017 kembali Sang Raja negara minyak itu berkunjung untuk membalas kunjungan yang sekaligus memenuhi undangan Presiden RI tercinta Joko Wododo. Alhamdulillah Sang Raja negara se-iman itu mau datang ke Indonesia dengan tidak tanggung-tanggung membawa 1500 personil yang terdiri dari para pejabat tinggi dan pangeran-pangerannya. Dalam lawatan kenegaraan yang boleh terbilang langkah itu diharapkan bukan saja mencairkan hubungan yang kurang harmonis selam ini. Tapi, lebih dari itu hendaknya kedua negara menjalin hubungan yang saling menguntungkan di segala bidang untuk kepentingan kedua negara. Yang tak kalah pentingnya juga hendaknya kuota haji indonesia bisa bertambah berlibat ganda bahkan kalau bisa indonesia bebas megirim jemaah untuk menunaikan rukun islam kelima ke-tanah suci Mekkah - Madinah. Disamping itu juga masalah keamanan dan kenyamanan serta kesejahteraan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ingin bekerja di negeri unta itu perlu dijamin dan ditingkatkan segala sesuatu dalam hal ketenaga kerjaan. Kehadiran Raja Salman ke Indonesia disaat mayoritas warga Indonesia sedang ada pertikaian internal dengan kubu Ahok warga keturunan China non Islam dengan kasus surat Al Maidah yang di duga penista agama islam ...seolah..sekali lagi..seolah dibentengi oleh Jokowi dalam kaitan pencalonan ahok sebagai gubernur DKI periode 2017 - 2022. Dengan kehadiran Raja Salman ke NKRI kali ini, sedikit menepis dugaan miring pada Joko Wododo bahkan pamornya Sang Presiden memuncak sehingga rasa antipati berubah menjadi simpati...salam mesra selalu, NKRI harga mati selamat dan sukses buat pemerintah dan negaraku..Aamiin. *****        

25 Februari 2017

Pengaruh Media Sosial Dalam Kehidupan


Oleh : Iin Suwandi |
PERKEMBANGAN teknologi dan informasi yang sangat pesat berpengaruh besar terhadap perkembangan situasi global saat ini. Pada kenyataannya, teknologi informasi selalu memberikan feedback, baik secara positif maupun negatif terhadap setiap aspek kehidupan. Kita boleh membuka diri kepada siapa saja yang jelasnya tidak boleh juga terlalu telanjang dan perlu filter. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat populer di lingkungan masyarakat saat ini adalah Media Sosial (Medsos). Di zaman sekarang, media sosial sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang. Jejaring media sosial yang digunakan oleh masyarakat banyak jenisnya diantaranya facebook, twitter, telegram, instagram, whatsapp dan lain-lain.

Perkembangan media sosial tentunya akan berdampak secara positif jika ia dikelola secara cermat. Bahkan salah satu pejabat teras TNI AD Mayor Jenderal TNI  Rudy Yulius Huliselan dalam salah satu forum resmi pada Jumat (10-2) menyoroti dampak media sosial. Mereka mengungkapkan bahwa ada beberapa sisi positif  dan sisi negatif dari penggunaan media sosial dalam kehidupan kita. Menurut Mayjen TNI Rudy Yulius Huliselan bahwa sisi positif media sosial yaitu: Pertama, media sosial menyediakan informasi yang cepat dan akurat.  Beragam informasi bisa diperoleh dengan mudah dan cepat, baik itu informasi layanan publik, gangguan keamanan, kemacetan, kecelakaan dan sebagainya. Itulah yang membuat instansi-instansi saat ini mulai bersosialisasi lewat sosial media, sehingga informasi seputar organisasi dapat kita ketahui sesegera mungkin. Kedua, Menyediakan ruang untuk berpesan positif. Jangan heran, penggunaan sosial media saat ini sudah banyak digunakan oleh pengusaha, politikus, tokoh agama, ulama, motivator, mahasiswa, pelajar dan lainnya sebagai sarana untuk mempublish berbagai kepentingan mereka. Ada hal-hal positif yang bisa dipetik dari ulasan mereka, tinggal memilah baik buruknya sesuai kebenaran dan nurani. 

Ketiga, Mengakrabkan hubungan pertemanan. Kesibukan adalah salah satu yang membelenggu kita untuk saling kenal satu sama lainnya, padahal nyata-nyata kita berasal dari daerah atau alumni yang sama. Survey membuktikan bahwa solidaritas kedaerahan, satu alumni atau satu instansi masih cukup tinggi. media sosial saat ini telah menjembatani lewat group-group yang dibangun dengan beragam komunitasnya. Saling kenal, saling share dan saling berbagi informasi akan membuat cakrawala berpikir kita semakin luas.  Keempat, Mempererat silaturahmi. Indonesia adalah Negara Kepulauan dan tersebar diseluruh Nusantara, dalam hal bersilaturahmi dengan keluarga, sahabat dan lainnya yang cukup berjauhan membutuhkan biaya, waktu dan tenaga, berkat layanan sosial media saat ini semuanya menjadi mudah dan praktis.  Kelima, Menambah wawasan dan pengetahuan. Sesuatu hal yang tidak diketahui dan anda butuh jawaban secepatnya, tidak harus bertanya kesana kemari, cukup browsing di google dan ketik pertanyaan anda maka dalam sekejab muncul jawabannya. 

Lalu bagiamana dengan dampak negatif media sosial terhadap kehidupan kita sehari-hari?. Mayor Jenderal TNI  Rudy Yulius Huliselan berpesan kepada para prajurit  TNI AD agar hati-hati menggunakan Media Sosial. Berikut  dampak  sisi negatif penggunaan media sosial yang dapat membahayakan jika: Pertama, Pengguna media sosial susah bersosialisasi secara langsung serta menjadi tidak peduli dengan keadaan sekitar. Hal ini disebabkan karena pengguna media sosial menjadi malas belajar berkomunikasi secara  nyata, hanya berbagi dan berinteraksi di dunia maya. Pengguna media sosial juga menjadi terbiasa dengan bahasa yang tidak formal yang digunakan di Media sosial sehingga sulit untuk menggunakan bahasa baku. Kedua, Kejahatan yang dikenal dengan sebutan cyber crime yang terjadi di dunia maya seperti hacking, cracking, phising, spamming, dan lain-lain. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun dengan mudah diakses oleh siapapun sehingga mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal serta banyaknya penipuan yang dilakukan menggunakan media sosial, seperti online shop yang tidak benar-benar menjual suatu produk. Ketiga, Perkembangan teknologi dalam media informasi seperti media sosial, dapat juga digunakan sebagai media propaganda dalam suatu konflik antar pihak yang sedang bertikai. Dalam propaganda yang dilakukan melalui media sosial yang ada, dapat mengeksploitasi kelemahan-kelemahan dan menyebarkan isu-isu negatif kedua belah pihak yang berseteru. 

Keempat, Perkembangan Media Sosial yang begitu pesat juga mempengaruhi pada perubahan tatanan kehidupan masyarakat, dengan cara mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat dalam menerima serta menganalisis informasi yang sifatnya menghasut sehingga menimbulkan keresahan. 
Oleh karena itu dengan adanya dampak positif dan negatif yang diungkapkan Mayor Jenderal TNI Rudy Yulius Huliselan tersebut, kita selaku warga negara harus dapat memanfaatkan media sosial untuk kemaslahatan bersama. Jangan sampai media sosial sebagai pengembangan teknologi yang makin maju justru akan menjeremuskan kita pada hal-hal merugikan diri sendiri dan keluarga. Kita patut bersyukur kepada pejabat TNI AD yang  dapat memberikan pencerahan  kepada kita untuk dapat dijadikan pedoman dalam memanfaatkan media sosial. (*****)

11 Februari 2017

Meminimalkan Kejahatan Dengan Informasi Yang Benar

DI ERA informasi seperti sekarang ini, kita perlu membekali diri dengan kemampuan untuk mencari, mendapatkan informasi yang benar dan dapat menempatkan informasi pada "tempat" yang tepat, atau biasa disebut kemampuan literasi informasi. Kemampuan ini sudah saatnya dimiliki oleh semua lapisan masyarakat kita, hal ini antara lain untuk menghindari merebaknya kejahatan yang menggunakan kemudahan teknologi informasi.

Kita sudah banyak sekali membaca/mendengar berita terjadinya kejahatan (penipuan, pelecehan, dll) yang dapat terjadi dikarenakan kesalahan kita menyikapi informasi. 

Untuk menghindari terjadinya kesalahan ini berulang, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:

  
1. Mencari informasi langsung dari sumber aslinya. 
Misalkan ketika ada informasi mengenai lowongan kerja di perusahaan tertentu, maka carilah informasi dari perusahaan tersebut, dengan mengakses situs resminya. Pahami juga perbedaan situs resmi perusahaan dengan situs yang tidak resmi, biasanya situs resmi menggunakan TLD (top level domain) seperti .id , .org, .co.id ,dll. 
Walaupun bukan berarti web/blog yang gratisan itu isinya tidak bisa dipercaya. Dalam hal ini kita hanya menambah satu tindakan yaitu mencari informasi resminya untuk menghindari penipuan yang berkedok penerimaan tenaga kerja. Jikapun memang ada lowongan di perusahaan tertentu, pakailah jalur resmi perusahaan bukan lewat orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

2. Mempunyai kontak sahabat/teman anak-anak kita. 
Beberapa kasus dengan modus penipuan misalnya, yang mengatasnamakan teman dari anak/saudara kita dan minta sejumlah uang untuk biaya pengobatan, atau keperluan mendesak lainnya. Dalam keadaan seperti ini saat kita tidak dapat menghubungi anak kita, jika kita memiliki kontak teman/sahabat dari anak-anak kita maka kita dapat menghubungi sahabat satu sekolah atau satu kos misalnya, dan akan lebih baik lagi jika kita mengenal cukup dekat dengan teman/sahabat anak-anak kita. Hal ini selain untuk menghindari penipuan, juga dapat menjadi komunitas yang saling menjaga.

3. Jangan terburu-buru mengambil tindakan.
Biasanya jika kita melakukan sesuatu dengan terburu-buru ada saja hal yang terlewatkan. Tapi bukan berarti kita lambat mensikapi sesuatu. Lakukanlah dengan tahapan-tahapan yang terencana. Jika ada informasi apapun hadapilah dengan tenang, dan sikapi sesuai porsi kita. Tidak perlu menambah-nambahkan hal yang sebenarnya kita sendiri belum paham/belum yakin kebenarannya.

4. Berikan informasi benar kepada orang yang tepat. 
Kebutuhan informasi masing-masing orang akan berbeda. Jika kita mempunyai sebuah informasi yang sudah diyakini kebenarannya sekalipun, maka sampaikanlah kepada orang yang tepat, dengan tujuan yang baik. Karena kalaupun informasinya benar jika tidak perlu diketahui oleh orang lain, maka hendaknya tidak perlu untuk disebarluaskan, misalnya seperti informasi yang dapat mendatangkan aib seseorang.

Marilah kita belajar mencari, dan mengelola informasi dengan benar, agar manfaat dari informasi yang kita miliki dapat membahagiakan dan memakmurkan manusia disekitar kita.****

08 November 2012

Cara Menyenangkan Belajar Sejarah


SUATU ketika, saat pelajaran Sejarah tengah berlangsung di sebuah kelas, ada seorang guru bertanya kepada muridnya, "Kapan Perang Diponegoro terjadi?" tanyanya. Beberapa siswa sontak mengacungkan tangan. Sang guru kemudian menunjuk salah satunya. Dengan lantang, siswa yang ditunjuk tersebut menyahut, "Habis Maghrib, Pak!"
Di waktu yang berbeda, masih terkait Perang Diponegoro, sang guru bertanya, "Setelah melakukan gerilya dengan pasukannya, Diponegoro kemudian melarikan diri ke ...?" Jawaban yang terlontar dari siswa pun di luar perkiraan. Dengan suara lantang, keluarlah jawaban, "Ketakutan." 
Kontan saja, kelas riuh dengan gelak tawa. Guru yang bertanya pun bengong sesaat. Kemudian, dia menenangkan siswanya dengan nada membentak. Ini bukan sekadar anekdot. Cerita ini disampaikan Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Susanto Zuhdi.
Menurutnya, saat ini generasi muda sangat kreatif, berpikiran lebih bebas, dan terbuka. Karenanya, metode pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar lebih menyenangkan, tidak membosankan. Tentu saja, agar jawaban serupa "habis Maghrib" dan "ketakutan" itu tidak muncul lagi. 
Jawaban spontan dari siswa, seperti kisah di atas, bukan mengartikan bahwa mereka tak tahu jawabannya. Justru karena jawaban yang sudah ada itu cenderung membuat siswa jenuh dan mencari cara lain agar lebih enjoy.  "Mereka tahu, Perang Diponegoro terjadi pada 1825-1830. Tapi, saking detilnya, muncullah jawaban sehabis Maghrib tadi," ujar Susanto sambil  tertawa. Pelajaran Sejarah yang berisi banyak hafalan dan menyediakan jawaban tampaknya memang perlu disikapi dengan lebih bijak agar materinya bisa lebih mudah terekam oleh siswa. 
Susanto yang juga staf ahli Menteri Pertahanan itu tidak sepakat dengan pernyataan bahwa pelajaran Sejarah bukan hal yang menarik. Sebaliknya, Susanto menilai, pelajaran Sejarah justru pelajaran yang penuh pesona. Menurutnya, masa lalu selalu menarik. "Kita saja yang tidak bisa mengemasnya."
Belajar tentang masa lalu, kata Susanto, bisa menarik bila dimasukkan unsur makna dari peristiwa-peristiwa tersebut. Dia mengatakan, ada tiga sebab mengapa orang berkepentingan dengan sejarah. Pertama, orang memang ingin tahu sejarah yang penuh misteri dan memesona. Syaratnya, dia harus penasaran karena harus selalu bertanya.
Kedua, orang belajar sejarah untuk tahu pengalaman orang lain. Orang bijak tidak akan belajar dari pengalamannya sendiri, tapi dari pengalaman orang lain. Ketiga, sejarah menciptakan kelompok komunitas, kelompok kemanusiaan, dan menggugah rasa nasionalisme. Ini karena sejarah menjadikan satu kesatuan pengalaman. "Jadi, secara individu maupun kelompok, sejarah itu menarik," kata Susanto. 
Salah satu cara untuk menjadikan pelajaran Sejarah menarik dan tidak membosankan adalah dengan kegiatan Lawatan Sejarah Nasioanal (Lasenas) X. Acara ini merupakan program tahunan Kemendikbud yang diselenggarakan oleh Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah, dan Nilai Budaya. Menurut Susanto, Lasenas adalah cara belajar sejarah yang menyenangkan. Kemasan pendidikan Sejarah dengan berkunjung langsung ke tempat-tempat bersejarah patut diapresiasi. Lasenas, kata Susanto, bisa memperkuat ingatan politik dan sejarah generasi muda dengan cara yang disukai mereka. 
Susanto mencontohkan, beberapa tahun lalu ada seorang pelajar dari Amerika yang berkujung ke Morotai. Untuk apa? Ternyata, anak tersebut ingin melihat langsung jejak peninggalan kakeknya sewaktu berperang melawan Jepang. "Karena jejak peninggalannya ada di Morotai, ribuan kilometer pun harus dia tempuh. Ini karena instruksi sejarah, ada perintah masa lalu," ujarnya.(rpnk/ap) 

12 Juli 2011

Tafakur Diri

Sarono Putro Sasmito
KITA bangun tidur di waktu subuh dan kemudian membasuh wajah dengan air wuduk yang segar. Sesudah melaksanakan solat dan berdoa. Cobalah menghadap cermin di dinding. Di sana kita mulai meneliti diri Pertama, lihatlah kepala kita! Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba fana tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia di dalam pikirannya? Kedua, lihatlah mata kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang? Ketiga, lihatlah telinga Kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara azan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan buat mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?

10 Juli 2011

Guru Etika itu Alif dan Siami


Aduhai, alangkah elok dan terpujinya perilakumu Alifah.  Kau masihlah bocah, tapi di usiamu yang belia kau mampu mengajari bangsamu nilai yang teramat mulia, kejujuran.
Ketahuilah Alif, kejujurun adalah mata pelajaran hidup terpenting. Dan kau memahaminya begitu dalam.
Mendiang Mohammad Hatta, Baharuddin Lopa dan para tokoh mulia bangsa ini yang setia mengajari moral pada bangsanya, pasti bangga melihat bangsanya mampu melahirkan anak-anak bermoral luhur sepertimu Alif.
Mereka juga pasti bangga memiliki anak-anak bangsa yang walau hidup tak berkecukupan namun tetap mengajari anak-anaknya dengan kejujuran, seperti ibumu, Siami.
Semua agama, semua keyakinan, semua nabi, semua orang suci, semua orang bijak, semua penganjur kebaikan dan pencerah kehidupan segala zaman, menyeru keras-keras manusia untuk meninggikan kejujuran.
Kejujuran membedakan masyarakat satu dari lainnya, bahkan menjadi pondasi bangsa-bangsa besar yang kemudian mampu menaruh dunia dalam genggamannya. Jepang, salah satunya. Jepang tahu pasti kejujuran adalah inti sukses sebuah bangsa.
T.R Reid dengan cantik melukiskan bagaimana orang Jepang menanamkan moral dan etika kepada generasinya, dalam "Confucius Lives Next Door". Orang Jepang akan gelisah dicap negatif oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka akan malu berbuat salah.

Ad Placement

Intermezzo

Travel

Teknologi