Jogyakarta, :AP-Bews" Online
DITENGAH dinamika pendidikan tinggi nasional, hadir sebuah potret perjuangan mahasiswa asal Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan yang menempuh studi di Kota Pelajar, Yogyakarta. Jejak mereka tidak baru. Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1969, berdirilah sebuah tempat bernama Asrama Mahasiswa KABOKI (Kabupaten Ogan Komering Ilir) yang menjadi rumah singgah dan pusat pengembangan diri mahasiswa OKI di Yogyakarta.
Asrama ini bukan sekadar bangunan, melainkan saksi bisu tekad dan solidaritas pelajar dari tanah Bende Seguguk untuk menuntut ilmu di perantauan.
Seiring berjalannya waktu, dibentuklah organisasi Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa (IKPM) OKI Yogyakarta. Organisasi ini menjadi wadah resmi untuk menghimpun pelajar dan mahasiswa OKI yang saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 500 orang, tersebar di berbagai kampus ternama seperti UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UII, UAD, dan perguruan tinggi lainnya.
Di tengah keberagaman latar belakang akademik, semangat kekeluargaan dan kedaerahan tetap menjadi perekat utama.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir, muncul kebutuhan besar untuk menghubungkan kembali ikatan antara mahasiswa dan pemerintah daerah. Mahasiswa menyadari bahwa peran pemerintah sangat vital, tidak hanya sebagai fasilitator administratif, tetapi juga sebagai motivator dan pengarah pembangunan sumber daya manusia daerah. Sebagai wujud nyata keinginan itu, pada bulan Maret 2025, tiga mahasiswa yang merupakan representasi Asrama KABOKI melakukan audiensi dengan Pemerintah Kabupaten OKI.
Mereka adalah:
1. Andre Dwi Prasaja, Ketua Asrama KABOKI
2. M. Rahman Aria Pratama, Bendahara Umum Asrama
3. Iskandar, anggota bidang Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM). Audiensi tersebut bertujuan untuk menyampaikan beberapa hal strategis, termasuk rencana pengukuhan pengurus baru IKPM OKI yang akan dilaksanakan pada bulan oktober 2025. Dalam pertemuan tersebut, mahasiswa berharap Bupati OKI dan jajaran pemerintahannya berkenan hadir secara langsung ke Yogyakarta, tidak hanya untuk memberikan arahan dan support moral, tetapi juga untuk mengukuhkan pengurus baru sebagai bentuk simbolik dan legitimasi organisasi yang lebih intens.Tak hanya itu, mahasiswa juga menyampaikan harapan besar akan adanya perhatian terhadap kondisi fisik Asrama KABOKI.
Terakhir kali asrama direnovasi adalah pada tahun 2016, dan sejak saat itu belum ada pembaruan signifikan.
Padahal, asrama ini menjadi tempat tinggal sekaligus pusat kegiatan mahasiswa yang notabene merupakan calon-calon pemimpin OKI di masa depan.
Musyawarah Anggota IKPM OKI
Tonggak penting lainnya terjadi pada tanggal 30–31 Agustus 2025, ketika dilaksanakan Musyawarah Anggota IKPM Kabupaten OKI dengan tema:
“Meneguhkan Persatuan, Menguatkan Perjuangan” . Tema ini diimplementasikan melalui semangat persatuan mahasiswa rantau Bumi Bende Seguguk di Bumi Mataram, Jigyakarta, yang selama ini menjadi dasar kebersamaan di tanah perantauan. Adapun hasil dari musyawarah anggota tersebut adalah pemilihan ketua baru periode 2025–2026 IKPM Komisariat Bende Seguguk, yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan organisasi. Dari proses demokratis tersebut, terpilihlah, M Rahman Aria Pratama sebagai nahkoda baru IKPM Komisariat Bende Seguguk, yang sebelumnya menjabat sebagai Bendahara Umum.
Dalam sambutannya, Ketua baru, M Rahman Aria Pratama menyampaikan harapan agar pemerintah Kabupaten OKI kembali terkoneksi dengan mahasiswa perantauan.
M Rahman Aria Pratama menekankan, pentingnya perhatian pada renovasi Asrama KABOKI, yang merupakan aset berharga dan simbol kebersamaan mahasiswa OKI di Yogyakarta. Selain itu, juga berharap Bupati OKI berkenan hadir mengukuhkan serta melantik pengurus baru IKPM Komisariat Bende Seguguk, sehingga ke depan organisasi ini dapat terus bersinergi dengan pemerintah daerah demi kemajuan bersama.
Kritik Membangun
Dalam semangat cinta daerah dan komitmen membangun, para mahasiswa menyampaikan beberapa catatan kritis yang membangun:
1. Kurangnya Perhatian Terhadap Fasilitas Pendidikan di Luar Daerah Pemerintah Kabupaten OKI perlu menyadari bahwa investasi pada mahasiswa di perantauan adalah investasi jangka panjang. Dukungan tidak hanya bersifat material, tetapi juga simbolik seperti kehadiran dalam kegiatan strategis mahasiswa.
2. Minimnya Pendataan dan Komunikasi Formal Belum adanya basis data resmi dan komunikasi berkala antara pemerintah daerah dan mahasiswa OKI di luar daerah membuat koordinasi tidak optimal. Disarankan adanya pembentukan tim atau desk khusus mahasiswa perantauan di bawah Dinas Pendidikan atau Kesra.
3. Kebutuhan Renovasi Asrama Kondisi asrama yang sudah melewati hampir satu dekade tanpa pembaruan menimbulkan kekhawatiran akan kelayakan dan kenyamanan hunian. Pemerintah perlu mempertimbangkan alokasi dana APBD atau CSR untuk revitalisasi asrama mahasiswa OKI di Yogyakarta.
4. Kurangnya Ruang Dialog Strategis Diperlukan forum tahunan atau triwulanan antara mahasiswa perantauan dan Pemda OKI untuk membahas pengembangan sumber daya manusia OKI secara menyeluruh. Ini akan menjadi jembatan antara perencanaan daerah dan realitas dunia akademik.
Penutup
Mahasiswa OKI di Yogyakarta, sebagai bagian dari anak bangsa, bukan hanya membawa nama daerah, tetapi juga mengemban tanggung jawab moral untuk kembali membangun tanah kelahiran mereka kelak. Dalam semangat “Bende Seguguk”, mereka berharap pemerintah daerah hadir bukan hanya sebagai pelindung administratif, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam pembangunan manusia OKI.
Saatnya membangun sinergi. Saatnya Bupati OKI hadir di jantung Kota Pelajar.(kir: Aria Pratama).