AGUNG POST NEWS: BERITA UTA OPINI/PIKIRAN
Tampilkan postingan dengan label BERITA UTA OPINI/PIKIRAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BERITA UTA OPINI/PIKIRAN. Tampilkan semua postingan

14 Juni 2019

Bupati Ogan Ilir Inspektur Upacara Harla Pancasila



PEMKAB Kabupaten Ogan Ilir (OI)menggelar Upacara Peringatn Hari  Lahir (Harla) Pancasila yang jatuh pada tanggal. 1 Juni 2019. Bertindak sebagai Inspektur Upacara Bupati Ogan ilir, H Ilyas Panji Alam, yang dihadiri oleh Ketua DPRD Ogan Ilir, Unsur Mupida para Aparatur Sipil Negara (ASN) serta OPD  dan Dinas Instansi, OKP dan Tokoh Masyarakat Ogan Ilir. Prosesi Upaca berlangsung dilapang halaman Pemkab Ogan ilir Tanjung Senai, Indralaya. Bupati Ogan Ilir dalam upacara tersebut membacakan teks pidato Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP), yang disaksikan langsung peserta yang hadir dan didengar oleh para pendengar yang menyaksikan siaran langsung melalui berbagi medsos yang di unggah para masyarakat yang hadir menyaksikan prosesi upacara hari bersejarah tersebut. Sebagai negara bangsa yang inklusif dan tidak chauvisi diperlukan pengelolaan unit kultural dan unit politik secara dialektis. Maksudnya keberagaman yang ada secara alami dan kultural harus dikelola dan dikembangkan untuk membangun “Tamansari Kebudayaan” yang memungkinkan semua mahkluk hidup tumbuh sesuai dengan ekosistem yang sehat. Karena Indonesia untuk kita semua dan Pancasila adalah rumah kita semua, tandas Bupati yang menirukan teks BPIP. Dan katanya melanjutkan, Untuk itu diperlukan kesadaran dan pemahaman untuk saling menghormati, saling bekerjasama, bergotong royong dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Kondisi demikain dapat berkembang melalui buday apolitik kewargaan yang demokratis. Budaya politik yang menimbulkan ketakutan. Kita Indonesia, Kita Pancasila adalah sosok yang percaya diri, optimis dan penuh harapan dalam menatap masa dengan sebagai bangsa yang maju, adil dan makmur. Moment peringatan hari kelahiran Pancasila ini, perlu dijadikan sumber inspirasi politik harapan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua rakyat bangsa ini berkewajiban secara konsisten mengamalkan dan mengimplementasikan Pancasila sebagai Dasar Negara, Ideologi Negara dan sebagai pandangan dunia yang dapat membawa kemajuan dan kebahagiaan seluruh bangsa Indonesia dalam kesehariannya. Diakhir pidatonya dikatakan, mari kita rekat rasa persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat untuk memperkuat kehidupan di NKRI yang kita cintai. Sehingga rasa adil makmur dapat kita rasakan bersama, terang Bupati Ogan ilir menutup pidatonya.(cal/ap/ang/”ap-news”)


16 Januari 2019

Mencari Sosok Ketua PWI Sumsel Zaman Now

Calon Kuat Ketua PWI Provinsi Sumsel Hadi Prayogo. _(ist-"ap-news")
NUANSA persaingan yang hiruk pikuk mulai terasa ditubuh organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Selatan. Layaknya ajang pemilihan kepala daerah (Pilkada) saja, suasana persaingan kian panas menjelang hari pemungutan suara pada 26 Januari 2019 mendatang.
Suhu  panas, kian terasa manakala ada diantara calon yang sudah melakukan ‘penyerangan’ dengan cara-cara yang kurang elegan dan tidak sportif terhadap calon lain. Namun apa pula yang sibuk mencari masa dengan cara merebut simpati para anggota melalui pemulihan kembali  kartu-kartu  identitas ke PWI-an yang sudah kadaluarsa.  Ada pula calon yang menawarkan visi misi dengan segenap janji-janji. Tidak muluk memang, amat manusiawi dan menumbuhkan empati.
Begitulah dinamika yang terjadi saat ini.  Hujatan, merebut simpati dan menawarkan visi misi mungkin hal yang biasa saja dalam sebuah kompetisi. Terlebih PWI merupakan wadah wartawan yang cukup bergengsi untuk diduduki.
Terlepas dari hiruk pikuk yang ada yang lebih penting lagi menurut saya,  pemimpin PWI Sumsel ke depan haruslah orang yang mampu mengembalikan marwah organisasi ini kepada posisi yang sejatinya  lembaga ini adalah sebuah wadah besar yang telah turut memberi andil dalam membangun pemerintah khususnya dalam menciptakan suasana harmonis. Kita seluruh insan pers didaerah ini harus selalu ingat bahwa, pers (kita) adalah salah satu dari kekuatan pembangunan. Citra kita sebagai insan pers yang memiliki andil dalam kekuatan pembangunan itu harus tetap dipertahankan dengan cara-cara yang terhormat. Ibarat kata pepatah, kita dan pamerintah atau nara sumber : Duduk sama rata dan berdiri sama tinggi.
PWI Sumatera Selatan memiliki persoalan yang amat kompleks namun jika pengurus ke depan dapat bersinergi dan kompak, saya rasa tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Contohnya,  keberadaan kantor sekretariat yang hingga kini belum dapat direalisasi. Hal yang bagi saya sangat mendasar ini semestinya sudah dapat diperjuangkan keberadaanya. Apalagi jika harus menghitung waktu, sudah berapa usia PWI Sumsel itu kini. Begitu banyak insan pers yang bernaung dibawahnya yang memiliki pengaruh dan disegani baik pada masa lalu dan kini. Tapi sudahlah yang lalu biarlah berlalu.
Di depan mata tugas ketua PWI Sumsel ke depan semakin berat ditengah tantangan pesatnya  kemajuan teknologi dibidang informasi dan digitalisasi yang terjadi pada semua lini. Ketua ke depan, haruslah orang yang mampu menciptakan ruang yang didalamnya berkumpul insan pers dari berbagai kekuatan. Bersatu agar PWI Sumsel maju dan tidak dipandang sebelah mata. Tidak ada lagi suara-suara nyinyir dan sinis yang mengecilkan organisasi kita ini.
Keanggotaan salah satu organisasi profesi ini, jika dihitung jumlah anggota sudah mencapai lebih dari 500 awak media.  Untuk memimpin kekuatan yang tidak sedikit ini, ketua ke depan PWI Sumsel diharapkan mampu menjadi organisasi yang kian solid. Ketuanya harus menjadikan sekretariat sebagai tempat yang ‘dikangenin’ untuk dikunjungi. Tempat yang leluasa untuk berdiskusi. Wadah yang menjembatani dalam  memecahkan persoalan-persoalan yang tengah terjadi di daerah ini sehingga dapat memberikan solusi kongkrit. Baik untuk kepentingan daerah, pemerintah daerah  maupun organisasi. Ada kekuatan yang mampu dibangun pemimpin PWI Sumsel ke depan yang memperjuangankan kesejahteraan anggotanya, dengan membangun atau bekerjasama dengan pihak ke tiga dengan cara-cara terhormat, elegan dan bermartabat.
Tidak sulit saya kira, asalkan saja ketua PWI Sumsel ke depan adalah seseorang yang dengan ‘ego kebersamaan’ dan jauh dari kepentingan pribadi, apalagi numpang hidup diorganisasi namun sebaliknya menghidupkan organisasi dengan pola-pola membangun bersama dengan segenap potensi yang ada.
Ada tempat bertanya, ada tempat bertukar fikiran. Para senior kita seperti Prof Mustafa Abdullah, Asdit Abdullah, Kurnati Abdullah, dan tokoh pers Sumsel lainnya adalah mereka yang memiliki peran   strategis pada masa lalu dalam mempimpin organisasi ini.
Zaman memang telah berubah. Pemimpin boleh saja silih berganti, namun PWI Sumsel ke depan diharapkan dipimpin oleh tokoh yang memiliki ‘sense of  belonging’ yang tinggi dan tidak bergerak sendiri atau menciptakan kelompok demi kelompok sehingga organisasi menjadi tidak sehat dan didatangi disaat perlu saja. Banyaknya kartu-kartu yang ‘mati’ adalah parameter bagi kita semua, tempat bertanya kita semua, ‘kok’ sampai begitu banyaknya anggota PWI Sumsel yang kartunya tidak aktif. Ada apa dan ketika akan ada Konfercab baru ramai-ramai mengurusnya atau menjaring anggota baru untuk kepentingan perolahan suara. Sejatinya seperti itukah PWI? Mari kita sama-sama merenung dan menjawab sendiri-sendiri dihati dengan argumentasi suka-suka kita sajalah.
Mimpi saya ke depan, PWI Sumsel sebagai wadah saya berorganisasi (kendati kartu saja juga mati) organisasi kita ini dapat menjadi organasi yang menjadi markas atau rumah besar bagi insan pers daerah ini. Tempat mengundang nara sumber untuk berdialog menyelesaikan persoalan-persoalan yang tengah terjadi. Bermitra memberikan edukasi dengan berbagai instansi, mulai masalah pendidikan, ekonomi hingga sosial sehingga terjalin hubungan yang harmoni antara narasumber dan media. Menjadi kawah candradimuka bagi para awak media yang masih muda untuk menimba ilmu dengan cara memberikan pendidikan jurnalistik gratis. UKW gratis dan bila perlu ngopi juga gratis. Jadi mencipkan kehangatan ini adalah tugas pemimpin PWI Sumsel ke depan. Tidak membeda-bedakan mana media kecil atau besar, mana nasional dan daerah, mana televisi dan online. Semuanya punya kedudukan sama. Berdiri sama tinggi duduk sama rendah.
Konfercab PWI Sumsel sudah didepan mata. Saya berharap semua calon ketua yang akan berrkompetisi tetap memelihari kerukunan, kekompakan dan keamanan jalannya kegiatan yang berlangsung empat tahun sekali ini. Kita adalah satu, dan satu itu adalah PWI. Di luar sana banyak organisasi-organisasi pers yang telah diakui keberadaannya dan semoga Konfercab ini akan menjadi contoh bagi mereka bahwa untuk memilih ketua baru itu dilakukan semua anggota PWI Sumsel yang berhak memilik dengan etika tinggi.
Semoga dari kegiatan Konfercab PWI Sumsel kali ini akan datang sosok pemimpin baru. Pemimpin zaman now yang mampu berkolaborasi dengan membuat strategi yang menimbulkan simpati dan tidak anti dengan kritik serta masukan dari anggotanya. Pemimpin yang mengayomi, berwibawa dan rendah hati, karena PWI Sumsel itu rumah kita, organisasi kita dan pemimpinnyapun pemimpin kita bersama. (Ida Syahrul).

16 Februari 2018

Jadi Plt Bupati, Rifai Siap Sukseskan Pilkada Damai


WAKIL Bupati OKI, H. M. Rifai, SE resmi menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Ogan Komering Ilir menggantikan H. Iskandar, SE yang cuti kampanye untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten OKI terhitung mulai 15 Februari sampai 23 Juni 2018 mendatang.
Ada dua tugas utama yang yang diamanahkan kepada H. M. Rifai, SE selama menjabat, yakni menjaga stabilitas politik dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten OKI. "Benar, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur saya ditunjuk langsung sebagai Plt. Bupati OKI dan sudah diserahkan SK nya. Tugas saya jelas menyukseskan pilkada serentak dan melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan," ungkap H. M. Rifai, SE di usai menerim SK Plt Bupati dari Gubernur Sumsel di Palembang, (14-2), kemarin. Dijelaskan Rifai, selama menjabat Plt Bupati OKI lebih kurang empat bulan, dirinya hanya menjalankan tugas-tugas Bupati yang ditinggalkan H. Iskandar, SE selama dirinya cuti. Selama menjabat Plt Bupati OKI lanjut Rifa’I  tugasnya melaksanakan program-program yang sudah berjalan agar lebih maksimal. "Yang jelas, sukses kan Pilkada 2018 dan jalankan program-program yang sudah ada dengan baik," ujarnya. Dengan ditunjuk saya sebagai Plt Bupati OKI, H. M. Rifai, SE juga menghimbau kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menjaga Netralitas.  "Diharapkan kepada seluruh ASN di lingkungan Pemkab OKI agar dapat menjaga netralitas saat Pilkada OKI 2018 berlangsung, jangan ada nanti ASN dipanggil oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang hanya berpihak kepada calon-calon tertentu dan ini dapat merugikan diri sendiri," imbau Rifa’i.. (humas/adv/”ap-news”).


28 Januari 2018

Atasi Macet Indralaya, Harapkan Bupati OI Bangun Fly Over

foto kemacetan (ist/ap)/ 

MACET  di kawasan Indralaya Kecamatan Indralaya, Kabupaten OKI doeloe sekarang Pasar Indralaya, Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir (OI). Ketika itu periode Bupati OKI,  HF Rozi Dachlan SH, Kepala Dinas PU, Ir H Nuchrodi Akhmad, macet hanya dirasakan dua kali seminggu yaitu ketika  berlangsungnya pasar kalangan hari selasa dan hari kamis, ini sudah membuat gerah Pemkab OKI saat itu yang dipimpin Bupati OKI HF Rozi Dachlan SH.
Saat itu sudah diwacanakan bakal dibuat  jembatan layang  alias  fly over dari  Puskesmas  Indralaya hingga seputar  jembatan  Sakatiga. Diperkirakan kalau  saat itu fly over alias jembatan layang  sudah  terbangun  kemacetan setiap hari seperti sekarang ini mungkin telah teratasi. Namun,  tidak diketahui secara pasti mengapa wacana pembangunan  fly over tersebut batal di bangun yang  akhirnya hanya  pasar  Indralaya dibangun seperti kondisi sekarang ini.

Untuk mengurai macet mungkin Pemerintahan Bupati Ogan ilir, H Ilyas Panji Alam,  mencari solusi bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Pusat untuk membangun fly over  guna mengatasi  atau paling  tidak,  bisa mengurai macet yang setiap hari terjadi dikawasan pasar  Inderalaya. Sepertinya kalau tidak  dibuat fly over  atau  mengalihkan  jalur lain, kemacetan dikawasan  pasar  Indralaya  agak sulit diatasi…semoga cerita lama ini bisa terwujud pada musim Pemerintahan Bupati Ogan Ilir, H Ilyas Panji Alam…Dirgahayu kabupaten ogan ilir  ke-14 semoga dibawah kepemimpinan Bupati, H Ilyar Panji Alam, Kabupaten Bumi Caram Seguguk OI akan  lebih maju dan berkembang  hingga  gilang  gemilang…Aamiin. (kir;hmsabar).

20 Oktober 2017

Tartila Ishak TMekki, Jalin Ukhuwa Melalui Pengajian


D:\Bapak\TELAGA 9, WISUDA PGRI\Telaga 9.jpg
PENGAJIAN. Ketua BKOW Sumsel, Hj. Tartila Ishak Mekki ketika memberi sambutan di pengajian rutin yang digelar Majelis Telaga 9, Kamis (19/10).


PALEMBANG – Ketua Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Sumsel, Hj. Tartila Ishak Mekki mengajak kaum ibu terkhusus yang terlibat di berbagai kelompok pengajian di wilayahnya masing-masing untuk terus meningkatkan silaturahmi antarsesama dan ukhuwa islamiah. Salah satu sarana dalam rangka menjalin silaturahmi dan ukhuwa tersebut adalah dengan gelar pengajian sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok pengajian ‘Majelis Telaga 9’.
Menurut Hj. Tartila, dengan pengajian-pengajian rutin yang senantiasa dilaksanakan ini, para jemaah terutama kaum ibu dapat menjalin komunikasi satu sama lain dan saling bertukar informasi terutama dalam kaitan pendalaman di bidang keagamaan. “Saya bangga dan bersyukur atas ramainya ibu-ibu yang hadir di pengajian rutin seperti yang digelar ‘Majelis Telaga 9’ ini,” kata istri, H. Ishak Mekki, Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel ini serius.
Hj Tartila menjelaskan bahwa kelompok pengajian “Majelis Telaga 9” ini dibentuk sejak enam bulan lalu yang diketuai oleh Hj. Ike Muchendi, sedangkan dirinya ditunjuk sebagai pembina dari kelompok tersebut. Majelis ini didirikan dengan tujuan menghidupkan forum-forum pengajian secara rutin serta mendengarkan taysiah-tausiah dari para ustadz, ustadzah dan dai-dai yang diundang.“Dengan bekal pengajian dan tausiah-tausiah yang disajikan oleh para penceramah diharapkan para anggota pengajian maupun kaum ibu yang hadir secara umum dapat menerima bekal dan pengetahuan yang disyiarkan,” tambahnya.Ibu tiga anak ini menambahkan, sudah beberapa dai yang dihadirkan dalam rangka memberi pencerahan dan pengetahuan terhadap jemaah di majelis rutin itu, di antaranya, ustadz Adi Hidayat, Dr. Yahya Waloni. “Untuk pengajian hari ini, Kamis (15/10), kita menghadirkan ustadzah Hj. Rogayah yang akan menyampaikan tausiah dengan tema pendalaman tentang fiqih,” pungkas Hj. Tartila Ishak Mekki sembari menambahkan bahwa pengajian rutin yang digelarnya tak sebatas hanya diikuti oleh anggota melainkan juga terbuka untuk umum.(her-"ap-news")/

25 Juni 2017

Selamat Idul Fitri 1438 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin



 Oleh: H. ISHAK MEKKI. (Wakil Gubernur Sumsel).

“Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,
Lailaha ilallahu wallahu akbar, walillahiihamd...”
SEBAGAI hari kemenangan bagi umat Islam, hari raya Idul Fitri senantiasa dinantikan. Selain penuh dengan mosaik ibadah, Idul Fitri bagi masyarakat kita juga disarati dengan berbagai tradisi yang konon di negeri Arab sendiri (sebagai muasal kelahiran agama Islam) tak mengenalnya. Dan, saya, baik atas nama pribadi, keluarga maupun Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel),
selalu berdoa untuk rakyat Sumsel sekalian, kiranya ibadah puasa yang telah kita laksanakan selama sebulan ini diterima oleh Allah Swt. Mudah-mudahan kita dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadan tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya agar kita dapat menjalankan ibadah puasa  kembali. Menyambut Idul Fitri, terlihat banyak kesibukan. Selain disibukkan membeli berbagai kebutuhan
menyambut hari raya itu dan acara-acara ritual lainnya, fenomena penting yang selalu terlihat adalah kesibukan umat Islam mengeluarkan zakat dan zakat fitrah.
Tentang zakat fitrah ini menurut ajaran agama Islam adalah ditujukan untuk membersihkan kekurangan-kekurangan yang mungkin dilakukan selama menjalankan ibadah puasa. Namun tujuan lainnya adalah agar umat Islam yang bersukaria merayakan hari kemenangan pada tanggal 1 Syawal itu tidak melupakan kaum fakir dan miskin. Membayar zakat dan fitrah maknanya agar umat Islam memiliki rasa setia kawan dan rasa keadilan terhadap sesama masyarakat sekitarnya. Mengenai zakat fitrah ini sebaiknya tidak usah kita kupas terlalu jauh. Sebab kita yakin kita semua telah mengetahuinya karena zakat fitrah ini merupakan salah satu dari rukun Islam. Demikian pula terhadap zakat-zakat lainnya seperti zakat mal dan zakat harta. Sesungguhnya setiap harta kaum muslimin tertitip sebagian harta kaum fakir miskin. Kalaulah belum
sampai nasabnya maka sebagian ulama masih juga mewajibkan membayar infaq atas harta itu, sebagai memenuhi rukun Islam membayar zakat. Demikian kiranya sekilas mengenai zakat. Idul Fitri memang merupakan hari istimewa yang mempunyai nilai lebih dari hari lainnya. Oleh karenanya, di hari itu pula kita diberi kesempatan untuk saling memaafkan guna menghapus segala dosa yang pernah kita lakukan. Bukan untuk bermewah-mewahan sebagaimana tradisi yang sering
dilakukan masyarakat kita dalam menyambut Idul Fitri tersebut. Tradisi berlebih-lebihan di hari lebaran terkadang dilakukan oleh masyarakat kita dengan cara yang justru tidak dianjurkan oleh ajaran agama kita. Banyak di antara masyarakat kita yang secara ekonomis tidak mampu, tetapi selalu memaksakan diri untuk melaksanakan tradisi seperti yang disebutkan di atas. Untuk itu pula di kesempatan ini, kepada kaum muslimin muslimat dalam menyambut Idul Fitri ini
hendaknya mampu menahan diri dari segala godaan seperti mampunya kita menahan hawa nafsu dan godaan selama bulan Ramadan.
Akhirnya, sekali lagi, baik atas nama pribadi, keluarga dan Pemerintah Provinsi Sumsel, saya mengucapkan “Selamat hari raya Idul Fitri 1438 Hijriah, Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Taqobalallahu minna waminkum.*****

30 April 2017

Berbagi Pengalaman





MULAI Saat Ini “ap-news” dan FB Surat Kabar Agung Post membuka ruang berbagi  pengalaman buat siapapun yang bernimat..semoga pengalaman kita akan menjadi bahan pengetahuan dan amal ibadah penulisnya dan bermanfaat bagi pembacanya...Aamiin Yarobbal alamin...
SALAH SATU SUDUT PANDANG KEINDAHAN PESONA TANJUNG SENAI..foto "ap-news"..

Judul Minggu Ini “ORANG TUAKU”
BERSYUKURLAH masih ada orang tua..karena sekalipun beliau tidak bisa membantu lagi secara fisik non fisik dan ekonomi saat kita dewasa dan berumah tangga..Namun, keberadaan ayah bunda bisa menjadi tempat berkeluh kesah dan merengek ria..Dan setelah itu akan terasa adem tenterem hati ananda..Wahai sahabat fb yang berbahagia..Seandainya ananda ingin berbagi pengalaman bagaimana rasanya peran orang tua terhadap ananda dan bagaimana pula rasanya kalau tidak ada lagi ayah-bunda disamping  kita..Silahkan ananda tulis pengalamanmu..Insha’’Allah akan berguna bagi pembacanya dan menjadi amal ibadah buat ananda..salam mesrah selalu dari pesona tanjung senai ogan ilir nan indah..Semoga kita semua selalu dalam kondisi sehat sejahtera  ..Aamiin...

16 Maret 2017

Jurnalisme Takwa


  =foto ilustrasi hmsb=



PARA jurnalis Muslim yang bekerja di media-media Islam telah bekerja sesuai kode etik jurnalis Muslim padaawal 1978, Koran Kompas pernah dibredel oleh pemerintah Soeharto selama 3 pekan. Setelah itu, harian yang dikomandoi oleh Jakob Oetama ini tampil lebih lembut. Mereka melunak. Padahal, ketika itu, kebanyakan surat kabar menganut jurnalisme keras dan sarat dengan kritik terhadap pemerintah. Perubahan sikap ini kemudian diistilahkan oleh Rosihan Anwar sebagai jurnalisme kepiting. Artinya, mereka bersikap tak ubahnya seperti kepiting. Ketika ada hambatan di depan, mereka mundur, atau berjalan menyamping, lalu mencari jalan lain yang lebih aman. Ya, jalan aman. Jika dulu ada istilah jurnalisme kepiting, rasanya cocok bila kita menyebut sikap yang bertolak belakang dengan itu sebagai jurnalisme banteng. Kita tahu, banteng selalu menyeruduk setiap hambatan yang ada di depannya. Tak peduli seberat apa pun halangan itu, ia hantam. Harus kita akui, saat ini media dengan gaya banteng seperti itu ada, bahkan jumlahnya tak sedikit. Mereka mengkritik dengan sangat kasar, mencampur adukkan fakta dan opini untuk “menghantam” apa yang mereka tak suka, bahkan tak peduli apakah informasi yang mereka sampaikan bohong atau bukan.Media Islam seharusnya tak melakukan kedua “budaya” itu. Media Islam tak akan bersikap seperti kepiting: berhenti atau berbelok mencari jalan lain manakala menemukan hambatan, atau bersikap seperti banteng: menyeruduk tanpa etika. Media Islam akan terus berjalan penuh kehati-hatian manakala ada hambatan yang menghadang di hadapannya. Media Islam harus terus melangkah sebagaimana nasehat Ubay bin Ka’ab kepada sahabatnya Umar bin Khaththab.Diceritakan bahwa Umar suatu hari bertanya kepada Ubay tentang takwa. Lalu Ubay balik bertanya pada Umar, “Bukankah Anda pernah melewati jalan penuh duri? Apa yang Anda lakukan saat itu?”. Umat tidak menjawabnya dengan berhenti. Umar justru menjawabnya, “Saya (terus) berjalan (namun) berhati-hati.”Begitulah seharusnya media Islam: tetap melangkah dengan penuh kehati-hatian. Media Islam  tak boleh berhenti mewarta sebagaimana para dai tak boleh berhenti berdakwah. Media Islam tak boleh berhenti mengkhabarkan konsep jihad dan khilafah secara benar kepada masyarakat meski saat ini kedua istilah itu tengah dihujam fitnah luar biasa akibat ulah sekelompok ekstrim. Media Islam harus terus menceritakan kondisi para pengungsi Suriah yang begitu memprihatinkan agar kaum Muslim di seluruh dunia mau menyisihkan hartanya untuk membantu mereka meski aliran dana ke negeri konflik saat ini tengah mendapat sorotan tajam. Hanya saja, sekali lagi, media Islam harus berhati-hati melangkah. Pastikan bahwa para jurnalis Muslim yang bekerja di media-media Islam telah bekerja sesuai kode etik jurnalis Muslim, sebagaimana banyak dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadits. Misalnya, para jurnalis Muslim harus bekerja secara profesional sebagaimana kaidah profesi dalam kejurnalistikan selagi hal tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam kaidah fiqih disebutkan, al-muslimuna ‘ala syuruthihim (kaum muslimin itu wajib memenuhi syarat-syarat yang ada di antara mereka). Itu berarti, jurnalistik sebagai cabang ilmu yang memiliki aturan (syarat-syarat) yang telah disepakati bersama harus dipatuhi oleh para jurnalis Muslim sepanjang hal tersebut tidak menyelisihi al-Qur’an dan as-Sunnah. Selain itu, para jurnalis Muslim pantang mempublikasikan berita-berita bohong sebagai mana Islam juga mencela perbuatan tersebut. Para jurnalis Muslim harus mematuhi kaidah tabayyun (klarifikasi) dalam menyusun berita. Para jurnalis Muslim pantang menerima sogokan dan pantang pula menyajikan berita yang mengandung unsur fakhisya (menggambarkan kekerasan dan seksual secara fulgar). Media Islam harus segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat, disertai pemberitahuan atau permintaan maaf kepada pihak-pihak yang mengajukan keberatan atas kesalahan tersebut. Dan, jurnalis Muslim harus mencantumkan sumber data/informasi yang dikutip olehnya dari media publikasi yang lain. Semua etika tersebut ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Jika etika-etika tersebut telah dipatuhi oleh para pewarta Muslim namun tetap saja makar itu tak bisa dibendung, maka yakinlah bahwa makar Allah Subhanahu Wata’ala jauh lebih hebat dari makar siapa pun di bumi ini. (net/ ang/ ”ap-news”).
Selamat bekerja, jurnalis Muslim. Jangan pernah berhenti berdakwah![]
 Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

 

12 Maret 2017

Antisipasi, Musim Jalan Rusak & Listerik Padam Tak Bermusim

SETIAP tahun apalagi musim hujan dapat dipastikan dimana-mana jalan rusak dan berlumpur. Sehingga, mempengaruhi jalannya roda perekonomian rakyat. Demikian juga dengan listerik yang dikelolah oleh perusahan negara (BUMN) PLN tanpa aba-aba sewaktu-waktu padam dan bila malam mengejutkan pelanggan karena gelap gulita memang semuanya manusiawi saja karena insiden itu bukan disengaja. Tapi, paling tidak antisipasinya sudah dipersiapkan sehingga gelap gulita tidak harus menunggu berjam-jam atau bermalam-malam itu kalau malam. Demikian siang hari,  bila listerik mati mendadak siang hari
dampaknya cukup banyak terutama bagi yang usahanya mengandalkan PLN. Resikonya bila listerik mati mendadak peralatan rumah tangga dan perkantor yang sedang on aliran listrik saat itu sangat rentan kerusakan. Belum lagi kerugian bila dihitung secara materi, hanya saja rakyat kita mudah menyanjung gampang pula menggerutu. Sehingga, kekesalannya cukup ditumpahkan sesaat dengan sumpah serapah yang ditujukan pada pihak terkait dari kejauhan. Dan persoal selesai walaupun sebenarnya mereka menderita kergian secara moril dan materil. Selanjutnya, seharusnya bisa saja meminta ganti rugi melalui jalur hukum.
Kembali dengan persoalan jalan seharusnya pemerintah dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sudah mempersiapkan dana talangan bila sewaktu-waktu jalan rusak dalam hitung jam sudah bisa di antisipasi terutama menghadapi jalan darat termasuk jembatan. Seperti, di Provinsi Sumatera Selatan jalan dikawasan Kabupaten PALI  di kawasan pendopo, kabupaten  Ogan ilir di kecamatan  Muarakuang, Pemuluan, Rambangkuang, Lubukkeliat, Kabupaten OKI  di kawasan Sepucuk, SP Padang Tulung Selapan, dan lain-lainnya.
Paling tidak saat-saat musim hujan seperti kondisi dalam foto ini Kepala Dinas PU sekali lagi Kepala Dinas PU setempat termasuk PU Provinsi bisa mengambil inisiatif untuk “membolduser” lumpur dan meratakan lobang-lobang yang menghambat perjalanan masyarakat dijalan yang rusak. Artinya, fungsi gawat darurat perlu diatasi dengan tidak harus membangun secara permanen terlebih dahulu. Maka itu, Kepala Dinas PU harus punya inisiatif dan diberikan hak untuk berinisiatif bila perlu kuatkan dengan Perda agar tidak terkena sanksi hukum.
Demikian juga dengan perlistrikan, PLN seharusnya sudah memikirkan peralatan cadangan bila sewaktu-waktu listrik padam dan mengalami gangguan travo atau peralatan lainnya.
Jangan sampai listrik padam berjam-jam apalagi sampai berhari-hari bila perlu setiap kabupaten dicadangkan dua kalipat persediaan travo atau alat lainnya sesuai yang terpasang saat ini. Mungkin pembaca, membaca tulisan ini berpendapat  paling tidak dalam hati berkata..ngomong gampang tapi dananya dari mana?..betul kita tidak mengingkari masalah dana baik di dinas PU maupun PLN. Tapi, negara kita kaya dan dinas bersangkutan pasti sudah punya program anggaran setiap tahunnya...terjemahkan sendirilah...Semoga kedepan Pemerintah pusat, Daerah I-II, DPRRI-DPRD I-II dapat memecahkan permasalahan gawat darurat di PLN dan Dinas PU, sehingga bila turun hujan berkepanjangan, angin ribut badai  sekalipun siang malam arus transportasi masyarakat tidak terganggu...Salam...Oleh: hmsyarifuddinbasrie, s.i.kom.


Ad Placement

Intermezzo

Travel

Teknologi