Oleh : DR. Riswandi, S.Pt, M.Si, DR. Muhakka., S.Pt, M.Si. dan Dr. Agr. Asep Indra M. Ali, S.Pt, M.Si.
Ogan Ilir, "ap-news" Online.
DESA Arisan Gading merupakan daerah yang potensi untuk budidaya ternak sapi potong , kondisi lahan Desa Arisan Gading sangat cocok untuk dijadikan usaha pemeliharaan ternak sapi potong, karena dimana desa tersebut banyak terdapat rawa, persawahan, dan perkebunan. Lahan tersebut merupakan sumber utama pakan ternak sapi. Pada umumnya sistem pemeliharaan ternak sapi di Desa Arisan Gading dilakukan secara tradisional yaitu pada siang hari ternak dibiarkan lepas untuk mencari makan di tegalan, rawa-rawa dan sawah disekitarnya. Pada waktu sore hari ternak pulang ke kandang biasanya pada saat di kandang tidak diberi pakan tambahan.
Penggembalaan ternak sapi tradisional Perkandangan sederhana Rendahnya tingkat produktivitas ternak sapi di desa Arisan Gading disebabkan peternak belum mengetahui tentang manajemen tentang pemberian pakan, pada umumnya peternak memberikan hijauan pakan untuk ternak sapi hanya mengandalkan rumput lapang, hijauan rawa sehingga ketersediaan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitas belum memenuhi kebutuhan ternak sapi. Ketersediaan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim, pada musim curah hujan intensitas sedang produksi hijauan rawa berlimpah dan pada musim kemarau panjang terjadi kekurangan hijauan. Disamping itu belum ada upaya untuk memanfaat hasil sampingan tanaman padi (limbah pertanian) berupa jerami padi sebagai pakan alternative untuk ternak sapi potong. Hal ini akan berpengaruh kepada tingkat pertumbuhan dan perkembangan populasi ternak sapi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan proses pengolahan hijauan rawa dan limbah pertanian melalui proses fermentasi anaerob atau dengan teknologi haylage. Melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan tema pengawetan hijauan rawa dengan teknologi haylage merupakan bentuk kepedulian Unsri didalam membantu masyarakat untuk mengatasi masalah kekurangan pakan. Program ini merupakan program strategis jangka panjang yang melibatkan Unsri. Dosen unsri terdiri dari Dr. Riswandi., S.Pt., M.Si, Dr. Muhakka, S.Pt., M.Si dan Dr. Agr. Asep Indra M. Ali, S.Pt., M.Si dan dibantu oleh empat orang mahasiswa dan 2 orang alumni.
Adapun penyuluhan dan demonstarsi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan peternak (peserta) di dalam mengatasi permasalahan kekurangan hijauan pakan ternak. Melalui Teknologi pengolahan haylase merupakan produk olahan hay yang mengalami proses fermentasi anaerob yang disimpan dalam silo dan proses pembuatan haylase tersebut disebut dengan ensilase bertujuan untuk mengawetkan bahan pakan dan memperkecil kehilangan kandungan nutrien pakan untuk dimanfaatkan pada masa kekurang hijauan.
Pada pertemuan dengan petani peternak diberikan penjelasan proses pembuatan haylase dengan menggunakan bahan akselerator seperti molases dan inokulan (probiotik). Dengan proses pengolahan kombinasi hijauan rawa (rumput bento dan legume rawa) , jerami padi (limbah pertanian) yang ditambah bahan mempercepat proses haylase (fermentasi anaerob), yang terdiri dari molases dan probiotik (Em-4) yang dikemas kedalam silo (kantong plastic) maka dapat meningkatkan daya simpan, mempertahankan kualitas nutrisi (pakan lebih awet), memperbaiki palatabilitas sehingga akan berdampak positif terhadap produktivitas ternak sapi.
Demo pembuatan haylage hijauan rawa
Demonstrasi teknik pembuatan silase (fermentasi anaerob) kombinasi rumput kumpai dan jerami padi dengan cara : I. Hijauan rawa yang terdiri dari rumput bento dan legume kemon air dilayukan terlebih dahulu, untuk menurunkan kadar airnya sampai (KA 40-50%) yaitu dengan menjemur di bawah sinar matahari selama 3-4 jam. Hijauan rawa lalu dibersihkan dan dipotong-potong ±2-3 cm, kemudian timbang sebanyak 60 kg rumput bento dan 40 kg legume rawa (kemon air), tambahkan 0,8% probiotik dan 4% molases dari berat total hijauan. II. bahan haylase yang sudah ditambahkan 0,8% probiotik, dan 4 % molases dari berat total hijauan, kemudian dicampurkan secara merata, selanjutnya dimasukkan kedalam kantong plastik lalu diikat agar kondisi anaerob selanjutnya difermentasi selama 21 hari. III. Diberikan ke ternak sapi 4-5% dari Bobot Badan (BB) sebagai pakan alternatif untuk meningkatkan produktivitas.
Rumput bento rayap Legum kemon air (legume rawa) Dari hasil kegiatan penyuluhan mengenai pemanfaatan haylase hijauan rawa sebagai pakan ternak sapi potong dapat disimpulkan : I. Minat dan motivasi peternak Desa Arisan Gading dalam pemanfaatan hijuan rawa, jlimbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi cukup tinggi. II. Dengan teknologi haylase (fermentasi anaerob) yang berbasis hijauan rawa dapat meningkatkan produktivitas ternak karena dapat meningkatkan daya cerna dan kandungan nutrisi pakan serat (rumput rawa) sehingga berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan memperbaiki reproduksi ternak sapi.*****