Ogan Ilir "Ap-News" Pelaksanaan Seleksi Tilawatil Qur'an dan Hadist (STQH) ke-28 di Ogan Ilir yang berlangsung sejak 10 hingga 14 Februari 2025 di Gedung Serba Guna Caram Seguguk terpantau sepi pengunjung.
Kondisi ini terlihat pada hari ketiga, Rabu kemaren (12-2), di mana banyak bangku yang kosong sejak pagi hingga menjelang sore hari.
Suasana sepi terasa terutama saat perlombaan cabang Tahfizh dan Tilawah digelar. Hanya tampak peserta lomba, dewan hakim, dan beberapa panitia yang hadir. Kursi yang disediakan untuk perwakilan dari 16 kecamatan tampak tidak terisi. Kehadiran penonton dan pendamping peserta sangat minim.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Ogan Ilir, Ahmad Albatani, menilai kondisi sepinya acara STQH dipengaruhi oleh minat dan hidayah individu.
"Tergantung hidayah masing-masing, beda kalau acara hiburan, tidak diundang pun pasti banyak yang datang. Bahkan seluruh perwakilan OPD sudah dijadwalkan untuk hadir, tapi hanya sebagian yang benar-benar datang," ujarnya.
Albatani berharap agar ke depan kegiatan STQH bisa dilaksanakan di beberapa kecamatan secara bergiliran.
"Kalau dilaksanakan di desa biasanya ramai yang datang. Mungkin bisa digilir ke desa atau kecamatan lain pada pelaksanaan berikutnya," imbuhnya.
Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Ogan Ilir, Ustadz Abdul Ghopar, juga mengakui bahwa meski sosialisasi sudah dilakukan secara maksimal, acara tetap sepi.
"Kami sudah memasang spanduk, sosialisasi ke desa-desa, sekolah, dan pondok pesantren. Namun hasilnya masih sama," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa ada beberapa kendala yang membuat masyarakat enggan hadir, termasuk biaya transportasi dan harus meninggalkan pekerjaan.
"Usulan agar acara digelar di setiap kecamatan sebenarnya sudah ada, tetapi tampaknya sulit terlaksana," tuturnya.
Ustadz Abdul Ghopar juga menyayangkan kondisi iman masyarakat saat ini yang menurutnya telah terdegradasi.
"Miris, di zaman sekarang banyak yang menilai segala sesuatu dengan uang. Acara keagamaan sepi, tetapi acara musik, olahraga, dan politik selalu ramai. Iman masyarakat sudah mulai tipis," tandasnya.
Salah satu tokoh masyarakat, Gusti M Ali, mantan Ketua Masjid Agung An-Nur Ogan Ilir, menyoroti sepinya pelaksanaan STQH yang dinilai kurang mencerminkan julukan Ogan Ilir sebagai Kota Santri.
"Ini tidak sesuai dengan harapan kita sebagai daerah dengan identitas keagamaan yang kuat," ucapnya.
Gusti juga mengeluhkan soal fasilitas yang disediakan panitia. Menurutnya, snack yang disajikan kurang standar dan tidak ada akomodasi transportasi bagi peserta, termasuk yang menginap.
"Kesra tampaknya kurang memahami bagaimana STQH harus terlaksana dengan baik. Ini adalah kemunduran dibandingkan dengan kegiatan umum tingkat kabupaten lainnya," pungkasnya.