Kisah Perjalanan Karier HM Syarifuddin Basrie Sebahagian Usia Hidupnya Eksis Menekuni Profesi Jurnalist Secara Profesional - AGUNG POST NEWS

28 Maret 2021

Kisah Perjalanan Karier HM Syarifuddin Basrie Sebahagian Usia Hidupnya Eksis Menekuni Profesi Jurnalist Secara Profesional


Ogan Ilir, "ap-news" Online

BAGI kalangan jurnalis Sumatera Selatan yang berkiprah di era 80 an  banyak yang kenal dengan sosok HM Syarifuddin Basrie atau akrab disapa Syarifuddin yang kini menjadi owner dari media Agung Post Gruop. Namun, tidak semua orang tahu di balik kesuksesan beliau saat ini, banyak sekali lika liku yang di hadapinya. Saat ngobrol ringan bersama "ap new"Online yang berlangsung di Markas Besar Agung Post Indralaya, Ogan Ilir  Sabtu, (27-03) sore kemarin. 



HM Syarifuddin Basrie menceritakan kisah awal perjalanan karirnya terjun ke dunia jurnalistik kepada "ap-news" Online. Awalnya  saya hanya buka agen koran dan mengantarkannya kepada para pelanggan dari rumah ke rumah dengan berjalan kaki, mungkin tak terhitung berapa kilometer kaki ini melangkah dari komplek Pertamina Plaju - Sungai Gerong - Kampung Bali, secara door to door di kantor dinas instansi Kecamatan Banyuasin I Mariana hingga ke perusahaan perusahaan di Mariana dan Prajen.  Singkat cerita dari ketekunan saya menjual koran. Alhamdulilah saya mendapatkan dua ratusan pelanggan. Namun, karena putra saya sakit berbulan bulan sehingga modal terkuras untuk biaya berobat dan agen koran saya pun bangkrut.



Seiring waktu tapi masih hitungan hari dari kebangkrutan itu.  Datanglah sosok pria berperawakan gontai dan berwibawa menggunakan Motor Vespa ke rumah saya di pinggir Sungai Musi di Mariana. Kebetulan di Sungai Musi depan rumah saya terdapat ratusan Kapal Tanker dibesi tuakan pemerintah. Muncul rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu karena kedatangan sosok pria tersebut. Pembaca ingin tahu siapa sosok tersebut ? beliau adalah Hasbi Yahya (saat itu belum haji) ketika itu beliau bagian Sirkulasi/Iklan di Surat Kabar Suara Rakyat Semesta (SRS) yang terbit tiga kali seminggu, IV halaman terakhir Kak Hasbi Yahya bergabung di Post Kota Jakarta. Tak ada yang tak kenal dengan sosok tersebut, apalagi di telinga para wartawan era 80 an.



Eee..rupanya kedatangan beliau bermaksud menawarkan untuk membuka agen SRS mengganti langganan koran pusat yang saya kelola dan telah bangkrut itu. Dan saya diberikan koran gratis selama tiga bulan. Mendengar peluang itu..enak tenaaan. Tanpa pikir panjang saya memberanikan diri untuk menerima tawaran tersebut. Beberapa bulan kemudian Kak Haji Hasbi Yahya meminta saya untuk mengikuti penataran Jurnalistik Praktis yang panitianya Kanda Haji Helmi Marsindang berlangsung di Hotel Swarna Dwipa untuk menjadi koresponden Surat Kabar Suara Rakyat Semesta dan dijanjikan nilainya baik saya akan ditugaskan menjadi Kepala Perwakilan SRS di OKI. 


Tapi, beberapa minggu sebelumnya Kak Hasbi Yahya meminta saya untuk menghitung jumlah  jalan yang berlobang mulai dari Mariana hingga ke Prajen   sekitar 6 km sambil diminta mewawancarai sopir-sopir taksi Prajen - Mariana-Plaju. Saking polosnya lantas perintah komandanku Hasbi tersebut dengan ikhlas saya kerjakan. Keesokannya, Hasbi Yahya atau akrab saya sapa Kak Hasbi datang kembali untuk mempertanyakan prihal tugas kepada saya kemarinnya itu. Dengan percaya diri dan lantang saya menjawab ada 15 ribu lobang sambil memberikan catatan dan hasil wawancara. 



Lantas beliau bertanya bagaimana kamu menghitungnya?..Hhhhh..lucu kalau di ingat gaya si luguku kala itu..Yaa lobang itu, ku hitung satu persatu Kak sambil jalan kaki, jumlah jalan yang berlobang dengan berjalan kaki sepanjang kurang lebih 6 km. Tidak cukup itu, Kak Hasbi kembali meminta saya untuk mengarang sebuah narasi dari hasil wawancara dan temuan tersebut. Nah disinilah asal mula saya mendapatkan tugas menjadi wartawan. Tugas yang diberikan tersebut, di publikasikan di Surat Kabar Suara Rakyat Semesta dengan kode singkatan nama saya waktu itu kalau tidak salah kodenya MSB. 




Setelah itu Kak Hasbi menyampaikan kepada saya bagaimana jika kamu menjadi wartawan. Dengan rasa tidak percaya dan rasa gugup saya pun memberanikan diri untuk menjadi wartawan. Singkat cerita,  setelah tawaran itu saya terima, saya kursus jurnalistik jarak jauh di Al Jabar Jakarta. Tapi,  saya diharuskan hadir ke Jakarta seminggu sekali dan lama kursus tiga bulan. Seiring waktu berjalan, tahun 1990 saya rajin mengirim berita ke Harian Lampung Post.



Karena rajin mengirim berita suatu hari saya di undang menghadap Redaksi Lampung Post di Jln A Yani, Bandar Lampung..sesampai di kantor media itu lagi-lagi saya kaget..karena berita - berita yang dimuat berbulan bulan sebelumnya dibayar ..senangnya lagi saya ditawari memegang Biro Sumsel mengganti posisi Safuan dan Tyas Sayekti yang pindah ke Cirebon..saya awalnya menolak karena saya sedang asyik asyiknya mengendalikan Perwakilan SRS OKI,  Bangka, Prabumulih, dan Muaraenim. 




Saya diminta berpikir 1x24 jam, setelah saya kontak dengan Almarhum Kak Razak Abdullah saat itu beliau adalah Pimpinan Perusahaan SRS, dan saya diizinkan mendualisme media yang penting SRS terjaga. Alhamdulillah, hingga saya pensiun Tahun 2000 atau 10 tahun bekerja di Lampung Post mendirikan SK Agungpost sementara SRS saat itu, Kolap. Namun, walaupun demikian saya tetap setia dengan Surat Kabar Suara Rakyat Semesta sampai tutup. Singkat cerita, saya bingung bagaimana dengan pelanggan saya.?




Dengan keberanian dan tekad bulat, saya mendirikan Surat Kabar sendiri yang rencana awal dibetri nama Bintang Timur Post namun jelang terbit perdana nama itu diganti  dengan nama Surat Kabar Agung Post dan ini disepakati bersama Kanda Akypli Umar dan Adinda Heriyanto ZA Pemimpin Redaksi yang juga mereka ikut mengagasnya, dan terbit perdana Agung Post tanggal. 01 September 2001. Alhamdulillah hingga saat ini masih bertahan bahkan telah melahirkan Majalah Islam Anugerah, "ap-news" Online, dan tahun 2020 lalu terbit lagi "Anugerah-News" Online. 




Semoga kisah perjalanan karir HM Syarifuddin Basrie yang saat ini berusia 66 tahun masih menjalani semester akhir Program Pasca Sarjana pada Jurusan Komunikasi Politik di STISIPOL Candradimuka Palembang, menjadi motivasi para wartawan di mana pun berada. Tekuni profesimu dan jalani dengan penuh keyakinan sehingga kesuksesan akan datang. Dan pesan Pak Haji Muhammad Syarifuddin Basrie kepada kaum muda khususnya mantan dan crew Agung Post Gruop agar jangan berhenti belajar, ikutilah kemajuan zaman dari era ke era.  Diakhir ceritanya Pak Haji M Syarifuddin Basrie yang kini disapa "Puyang Sabar" (syarifuddin basrie) oleh cucu cicitnya. Berpesan kepada keturunannya, "HM Syarifuddin Basrie Boleh Mati Tapi Agung Post Harus Tetap Hidup Sepanjang Zaman."...Salam...(kir: dedek rahayu )

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda